Tinjauan Sosiologis, antara Harapan dan Kenyataan
Maluku Utara dan Pelangi Kepemimpinan

Gubernur Thaib Armaiyn saat itu diplesetkan sebagai gubernur Makayoa, pimpinan organisasi perangkat daerah banyak diisi dari orang-orang dekat (kolusi dan nepotisme), konon kebijakan pembangunan hanya memperhatikan kampung kelahiran dan masih banyak lagi yang tak bisa diurai.
Tentu kritikan tidak semuanya benar karena faktanya infrastruktur jalan di Kampung Pulau Kayoa dan pulau Makian ternyata tandus, jalan antar desa dan kecamatan sangatlah memprihatinkan.
Tidak seindah yang dinyatakan banyak pihak. Jalan-jalan miring dan bebatuan. Itulah yang ada di Pulau Kayoa dan Pulau Makian ketika itu. Rasanya banyak yang berdosa jika membuka kembali lembaran kritik tajam ketika itu.
Lain Gubernur H. Thaib Armaiyn dan lain pula Gubernur KH. Abd. Gani Kasuba. Banyak plesetan yang luar biasa kerasnya, Gubernur AGK disebut sebagai Gubernur Bacan Togale, difitnah pemerintahan beraroma kampumg etnis Bacan, Tobelo dan Galela.
Padahal faktanya tidak sedikit komunitas Togale yang menghujani kritik keras kepada AGK, karena dianggap banyak janji politik yang tidak ditunaikan, alias ingkar dari janji kampanye.
Tidak hanya dari etnis Togale yang menghujani kritik, ternyata ada pihak lain juga sampai menyerang pribadi sang Kiyai, yang semestinya tidak memenuhi nilai kesopanan publik untuk diungkap dianggap AGK sebagai Gubernur banyak menggelontorkan proyek ratusan miliar di kampung kelahiran Bibinoi.
Allahualam bissawab, kita tidak menyaksikan secara langsung bagaimana kampung di Bibinoi itu. Yang pasti Bibinoi adalah desa tidak lebih dari yang dikritik.
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar