Selamat Ulang Tahun Malut Post

Oleh: Ikram Salim

(Jurnalis Malut Post/ Ketua AJI Ternate)

Di antara hari-hari istimewa, akan ada hari yang lebih istimewa, salah satunya hari ulang tahun Koran Malut Post.

Tepat Kamis, 26 Maret 2025 atau 26 Ramadan 1446 Hijriah, Malut Post telah berusia 22 tahun sejak pertama kali terbit pada 26 Maret 2003 silam. Koran ini telah diawaki 5 jurnalis sebagai pemimpin redaksi dimulai dari Tauhid Arif, Muhammad Sadri, Faisal Djalaludin, Ika Fuji Rahayu dan saat ini Fahrul Marsaoly.

Di usia yang telah bersiap melepas lajang—dalam pandangan biologis, Malut Post telah menjadi tulang punggung informasi utama bagi khalayak. Koran ini hadir tidak sekadar memberi informasi, lebih dari itu telah menjadi sumber sejarah, pengetahuan, kepimpinan hingga suluh bagi suara orang-orang pinggiran.

Dengan karya jurnalistik yang ketat, Malut Post menjadi lidah bagi kepentingan rakyat banyak, memperjuangkan kesejahteraan umum secara inklusif tidak pandang, suku, agama, ras atau golongan apapun.

Dan para jurnalis yang ada di sini adalah karena Vocatio (panggilan); Providentia dei (penyelenggara illahi).

Dalam lingkungan yang penuh dengan diskusi sosial di dapur redaksi, jurnalis di Malut Post selalu dituntut menerjemahkan diri melalui tulisan menjadi semangat untuk menghibur yang lemah, menggugat yang berkuasa.

Orang-orang di Malut Post mungkin berlebihan karena menggambarkan dunia yang utopis. Di mana saat orang belum bangun tidur, Malut Post telah mengubah dunia dengan tulisan-tulisannya yang menggugah. Ini pula yang menjadikan setiap karyawan di Malut Post bak “Manusia Koran”. Sebab, ia hanya menempatkan 10 persen waktunya untuk dirinya sendiri dan 90 persen untuk orang banyak.

Malut Post telah memulai jalan sosialis di era analog dengan mengandalkan mesin cetak hingga memasuki dunia yang canggih dan serba cepat saat ini. Ia masih tetap berdiri sejajar dalam menyuguhkan informasi meski dunia telah bertransformasi. Koran ini tetap berdiri kokoh bersaing dengan teknologi yang terus bergulir, melesat sampai akhirnya melahirkan digitalisme, yang dengan itu pula berakhirnya zaman analog.

Perlahan, sedikit demi sedikit media cetak gulung tikar. Di saat bersamaan, jurnalisme berada dalam episode-episode menegangkan akibat tsunami hoaks dan berita palsu muncul.

Namun, Malut Post melihat dinamika ini sebagai badai, ia tak pernah kehilangan rohnya sebagai referensi utama. Sebagaimana hastag-nya di kepala koran “Tampil Terdepan”. Koran Malut Post hanya dibayang-bayangi informasi cepat saji dari media online, namun minim akurasi.

Tak dapat dipungkiri bahwa media massa terutama media cetak seperti Malut Post telah memberi dampak signifikan tentang kesadaran manusia.

Dalam praktiknya, jurnalis di Malut Post “didoktrin” lebih cerdas dari hakim dan lebih hebat dari penyidik. Itu sebabnya, tulisan-tulisan Malut Post kerap menjadi bukti tambahan yang valid bagi penegak hukum dalam mengusut dan membongkar sebuah kasus, terutama korupsi dan kejahatan lainnya.

Dalam memori kolektif saya, menjaga dan memelihara eksistensi koran bukan sekadar penghormatan karena telah menjadi laboratorium bahasa, lebih dari itu memelihara koran adalah memelihara kesadaran dan kemanusiaan.

Saya ingin mengakhiri catatan ini dengan sebuah cerita; Sebagai jurnalis Malut Post, pertanyaan seperti begini; Apakah anda yang punya Malut Post dari narasumber sudah sering kali terdengar. Terkadang kalimat ini membuat kaget dan tahu bahwa pertanyaan itu keliru. Tapi ada sesuatu yang benar bahwa, saya bukan pemilik Malut Post tapi dalam hati saya mencintai Malut Post.

Selamat ulang tahun ke-22 Malut Post.

Komentar

Loading...

You cannot copy content of this page