Mencicipi Keindahan Daratan Pasifik

Seperti di pantai lain yang ada di Morotai, pohon cemara juga tidak absen dari pulau Dodola. Pohon yang punya ciri kas daun berbentuk jarum dan selalu hijau ini tumbuh di bibir pantai Dodola. Kalau semakin masuk dalam pulau, bukan lagi pohon cemara yang kita dapati tapi perkebunan rakyat dan semak belukar lainnya.

Perahu kami sandar di tepi pantai, walau ada pelabuhan. Kami langsung lompat ke pasir putih yang halusnya seperti tepung. Airnya bening, suhunya hangat walau saat itu mendung. Ada beberpa pegawai Dinas Perhubungan Morotai, dengan seragam lengkap karena masih jam kantor terlihat duduk di bawah pohon cemara.

Mereka duduk mengelilingi meja kecil yang dipenuhi cemilan dan botol berwarna hijau, berlogo bintang. Melihat kedatangan kami, mereka dengan segera membersihkan minuman di atas meja dan pergi dan speed boat.

Sementara kami membayar karcis masuk ke Dodola dan melahap nasi, ikan dan sambal yang sudah dibawa. Sederhana tapi begitu nikmat. Setelah makan, mereka duduk istrihat dan bercerita-cerita sebentar, sedangkan saya langsung mengeksplor seluk beluk Pulau Dodola.

Sepasang suami istri saya temui sedang menjaga rumput laut yang mereka tanam. Di atas permukaan laut terlihat tiang-tiang kayu dan bambu berdiri sebagai penanda ada penanaman rumput laut. Dengan begitu tidak ada nelayan atau kapal melintasi area itu, karena bisa membuat rumput laut rusak.

Keduanya warga Koloray. Itu diketahui setelah ada obrolan singkat, sebelum Ko Ir menghampiri, lalu disusul Paps. Kami bertiga berjalan menuju pasir putih yang baru saja timbul diantara Dodola kecil dan Dodola besar setelah air laut surut. Pasir itu menghubungkan kedua pulau yang tadinya terpisah saat air pasang.

Kami berfoto-foto dan berjalan di atas pasir putih yang bersih dan lembut dengan gradasi warna air laut yang begitu sedap dipandang. “Setiap sudut Dodola itu indah,” kata Irham. Pernyataan itu benar adanya kalau saja, kita menutup mata dan tidak melihat segala fasilitas yang rusak padahal dibangun dengan anggaran miliaran rupiah. Juga tidak melihat salah satu dari 10 destinasi Bali Baru di Indonesia ini krisis perhatian dari daerah maupun pusat, tentu spot-spot di Dodola sangat indah.

Untuk membuat foto lebih estetik kami kembali ke Dodola Besar mengambil property pendukung. Ko Ir membawa kursi agar kami bisa berfoto ala-ala anak pantai. Puluhan jepretan telah diselesaikan dan kembali karena sudah mulai gerimis. Baru duduk sebentar, melihat abang mici berjalan menuju ke Dodola Kecil, membuat saya bergegas menyusul. Nanggung kalau sudah sampai Dodola tapi Dodola Kecilnya belum sampai. Di sana hanya sebentar untuk melihat abrasi pantai langsung kembali ke Dodola Besar.

Kurang rasanya tidak berfoto dengan anggota lengkap. Abang Mici, Ko Ir, Paps dan Jafran sudah mengambil posisi, sementara saya meletakan kamera di kursi dengan durasi waktu beberapa menit. Kemudian lari bergabung dengan mereka untuk berfoto.

Selesai berfoto kami bersantai dan mereka bercerita bagaimana nikmatnya kemping di dodola dengan pemandangan Dodola tampa cantik di pagi hari, ketika matahari baru terbit atau saat matahari terbenam di sore hari.

Baca halaman selanjutnya..

Selanjutnya 1 2 3 4 5 6 7

Komentar

Loading...