“Memimpin adalah Menderita”
Pesan untuk Pemimpin Baru

Penyelenggaraan pemerintahan dan kebijakannya dikendalikan segelintir elite dan digunakan untuk melayani kepentingan segelintir elite itu. Ini bukan isapan jempol belaka.
Di Indonesia, jarang terjadi pejabat negara menyusut kekayaannya selama dan setelah ia menjabat. Yang terjadi, kekayaannya menumpuk berkali-kali lipat selama dan sesudah menjabat.
Pemimpin baru adalah harapan baru. Rakyat begitu merindukan sosok pejabat seperti Mohammad Hatta, yang ketika tak lagi menjabat justru kesulitan membayar tagihan listrik demi memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari. Bung Hatta hanya bersandar pada honor tulisan-tulisannya.
Tidak ada sosok Haji Agus Salim, yang rela memakai jas penuh bekas jahitan istrinya. Atau Mohammad Natsir, tokoh yang pernah menjabat Perdana Menteri RI, sering menggunakan jas tambalan.
Jaksa berintegritas seperti Baharuddin Lopa dan polisi jujur seperti Hoegeng Iman Santoso. Kalau kita mau mengembalikan politik ke khittahnya, sebagai wahana memperjuangkan kebaikan bersama, maka jalan pemimpin adalah: memimpin untuk menderita.
Semoga Allah senantiasa memberikan kita pemimpin-pemimpin yang amanah dan bertanggung jawab, serta selalu menjaga kita dari kepemimpinan yang zalim dan tidak adil. (*)
Opini ini sudah terbit di koran Malut Post edisi. Jumat, 21 Februari 2025
Link Koran Digital: https://www.malutpostkorandigital.com/2025/02/jumat-21-februari-2025.html
Komentar