“Daster Rombeng dan Pendongeng Sakti”, Film Dokumenter Terbaru Fanny Chotimah
Bukan Sekadar Dokumenter tapi Sebuah Surat Cinta untuk Ibu

Selain sebagai ibu yang gigih, perempuan itu juga seorang pendongeng ulung. Setiap malam, setelah seharian bekerja, ia mengumpulkan anak-anaknya dan membacakan dongeng Nusantara dari Aceh hingga Papua.
Salah satu kisah yang paling sering ia ceritakan adalah dongeng Leungli, tentang seekor ikan ajaib dan seorang gadis bernama Nyi Rangrang. Dongeng inilah yang kemudian menjadi inspirasi utama dalam film dokumenter Fanny.
Untuk membawa kisah ini ke layar, Fanny memilih latar syuting di rumah masa kecilnya di Bandung, serta beberapa lokasi eksotis di Jawa Barat seperti Gunung Tangkuban Perahu dan Kawah Domas.
"Meski ini film dokumenter, saya tetap bermain dengan realitas dan staging agar unsur fantasi dalam dongeng bisa lebih terasa. Saya juga menggunakan media wayang golek sebagai elemen visualnya," jelasnya.
Menariknya, seluruh pemeran dalam film ini adalah keluarga besar Fanny sendiri. Proses syuting yang berlangsung selama lima hari menjadi pengalaman yang tak terlupakan, terutama dalam mengarahkan sang ibu yang kini berusia 76 tahun.
"Mama sangat antusias, tapi tentu tidak mudah. Misalnya, adegan memasak telur ceplok harus diulang sampai sembilan kali. Tapi justru itulah yang membuat pengalaman ini begitu berharga, karena kami bisa berbagi momen bersama," tuturnya.
Melalui film ini, Fanny ingin mengajak masyarakat untuk kembali membangun kehangatan keluarga, salah satunya dengan tradisi mendongeng.
"Mendongeng bukan sekadar bercerita, tetapi juga menciptakan kedekatan emosional antara orang tua dan anak. Imajinasi mereka berkembang, dan yang terpenting, mereka merasa dicintai," ujarnya. (jpg/rul)
Komentar