Qabil dalam Jelmaan Manusia Modern Menurut Ali Syariati

Sejatinya keberadaan kaum intelektual dalam masyarakat patutlah disertai kesadaran dirinya serta kesadaran akan tanggungjawabnya terhadap realitas sosial yamg timpang dan menindas.
Seorang intelektual mestilah menjadi figur dari seorang ideolog, hadir dalam realitas rakyat, berbicara dengan bahasa rakyatnya, membangun kesadaran rakyat, mengkonsolidir dan berjuang bersama rakyat.
Namun nyatanya tidak demikian, sungguh realitas yang mencederai dunia intelektual. Pengetahuan yang sepatutnya hadir sebagai kontrol atas kekuasaan yang menindas rakyat, justru sebaliknya menjadi legitimasi terhadap kekuasaan.
Ia bekerja hanya untuk menjaga status qua lewat fakta yang direkayasa, data-data yang dimanipulasi. Seakan mencerminkan perilaku melacur dalam dunia intelektual, terjadi pengkhianatan intelektual.
Padahal sepatutnya seorang intelektual hadir dengan kebenaran, prinsip dan integritas bahkan tak gentar dihadapan kekuasaan. Meminjam bahasa Edward W. Said, “kaum intelektual merupakan aktor pencipta bahasa kebenaran terhadap penguasa” (Muhammad Jusrianto, 2023; 88).
Terakhir dari personifikasi Qabil di era modern ini adalah Ballam. Kepiawaannya dalam khotbah keagamaan, menjadikan itu sebagai legitmasi pembenaran atas segala bentuk tindakan menindas yang dilakukan oleh penguasa.
Kepandaiannya dalam agama dipergunakan sepenuhnya memanipulasi dan mendistorsi keyakinan rakyat bahkan mengorientasikan itu pada sesembahan baru, UANG DAN KEKUASAAN.
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar