ISRA MI’RAJ

Hamdy M. Zen

Sebab, menjaga kesing, bukan bertujuan untuk lebih terlihat menarik, dari kaca mata orang. Tujuan hakiki dari menjaga kesing adalah untuk memastikan isi di dalamnya terhindar dari kotoran debu yang menempel dan terhindar pula dari tangan - tangan jahil yang suka merusak. Sehingga, isinya menjadi aman terkendali. Maka pada akhirnya, hidup akan lebih bermakna.

Pembaca yang Budiman! Mohon maaf dan tabea, tidak bermaksud menggurui, bahwasanya Isra wal mi’raj, merupakan sebuah perjalanan Panjang yang dialami seorang hamba sang kekasih Allah yang paling sempurna, yang memiliki banyak sekali pembelajaran yang harus kita tiru dan ambil.

Itulah sebabnya, di dalam kesempatan yang lain, Tuhan katakan bahwa, di dalam diri Rasulullah terdapat suri tauladan yang patut kita contohi.

Jadi, siapa pun kita, ternyata kita dituntut untuk melakukan perjalanan isra wal mi’raj, sebagaimana yang dialami oleh Nabi Muhammad SAW. Ini terlihat agak sedikit ekstrim bagi Sebagian kalangan. Hanya saja, jika dicerna lebih mendalam, kita akan menemukan jawabanya.

Perjalanan isra wal mi’raj yang harus kita lakukan, yang penulis maksud di sini adalah, bukan perjalanan seperti yang kita pahami dalam perjalanan yang ditempuh oleh Nabi yang diperjalankan dalam satu malam, menuju sidratul Muntaha dengan menggunakan buraq, untuk menerima perintah shalat lima waktu.

Bukan seperti itu yang penulis maksud dalam tulisan ini. Akan tetapi, yang penulis maksud adalah hikmah di balik peristiwa tersebut. Hikmah inilah yang harus diambil.

Pertama; perjalanan satu malam. Setiap kata malam yang digunakan di dalam qu’an, tidak sebatas malam yang memiliki makna yang selama ini kita tahu. Misalkan, dalam kehidupan ini, kita diberikan oleh Tuhan, waktu siang dan juga malam.

Baca Halaman Selanjutnya..

Selanjutnya 1 2 3 4 5 6

Komentar

Loading...