(Sebuah Catatan Memperingati Hari Gizi Nasional 2025)
Kurang Makan Mati, Makan Lebih Pun Mati

Tren peningkatan ini diperkirakan masih akan terus terjadi dari tahun ke tahun. Studi terbaru yang dirilis oleh Lancet (https://www.who.int/news/item/01-03-2024-one-in-eight-people-are-now-living-with-obesity) menunjukkan bahwa, pada tahun 2022, lebih dari 1 miliar orang di dunia hidup dengan obesitas.
Secara global, obesitas di kalangan orang dewasa meningkat lebih dari dua kali lipat sejak tahun 1990, dan meningkat empat kali lipat di kalangan anak-anak dan remaja (usia 5 hingga 19 tahun).
Data tersebut juga menunjukkan bahwa 43% orang dewasa mengalami kelebihan berat badan pada tahun 2022. Selain itu, akibat lanjutan dari kelebihan makan, termasuk obesitas, adalah munculnya penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit kardiovakular, kanker, dan diabetes.
PTM dilaporkan menyebabkan kematian 41 juta orang setiap tahun, setara dengan 74% dari semua kematian di dunia. Setiap tahun, lebih dari 15 juta orang meninggal karena PTM antara usia 30 dan 69 tahun.
Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian PTM terbanyak, atau 17,9 juta orang setiap tahunnya, diikuti oleh kanker (9,3 juta), dan diabetes (1,5 juta). Ketiga kelompok penyakit yang disebutkan ini adalah penyebab lebih dari 80% dari semua kematian akibat PTM (https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/noncommunicable-diseases).
Dari data dan fakta yang telah disebutkan, dapat dikatakan bahwa kekurangan maupun kelebihan makan (gizi) dapat menimbulkan berbagai penyakit yang dapat menjadi penyebab kematian. Memang, kematian adalah hal yang pasti.
Tapi hidup dengan penyakit hingga dibawa mati, adalah hal yang tidak diinginkan semua orang. Ini sama saja dengan “mati sebelum mati” (bukan dalam pengertian hadis qudsi “muwtu kabla anta muwtu” yang bermakna positif).
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar