Tauhid dan Ideologi, Hijrah Diri Menuju Revolusi Sosial

Bagi Antonio Gramsci, ideologi adalah alat negara dalam merepresi masyarakat. Dengan ideologi, rakyat direkayasa kesadarannya sehingga menjadikannya tak sadarkan diri bahwa ia mendukung kekuasaan negara (Bagus Takwin, 2003;87).
Maksimalisasi hegemoni negara terhadap rakyat diperankan oleh kaum intelektual lewat lembaga pendidikan, membantu negara menganeksasi rakyat agar sedia menerima ideologi kekuasaan negara yang diperankan oleh intelektual non-organik.
Yang berbeda peran dengan intelektual organik dimana keberadaannya untuk meng-counter hegemony dengan basis kesadaran penuh dan memberikan penyadaran akan hegemoni yang berlangsung.
Berlainan dengan pandangan sebagaimana dikemukkan, Ali Syariati mendefinisikan ideologi sebagai ilmu tentang keyakinan yang mana ideologi mengandung keyakinan serta gagasan yang ditaati oleh kelompok, suatu kelas sosial, bangsa dan ras tertentu (Ali Syariati, 1993;72).
Baginya setiap individu, kelompok bahkan yang lebih besar lagi seperti bangsa memiliki ideologi yang berbeda dimana ditentukan oleh pandangan dunia masing-masing. Baginya ideologi adalah fitrah yang paling penting dan bernilai serta merupakan kesadaran yang istimewah dalam diri manusia.
Ali Syariati, memandang Tauhid sebagai pandangan dunia, sehingga baginya basis ideologi adalah tauhid. Menurutnya, hal penting adalah bagaimana konsepsi ketuhanan kita (tauhid) memiliki semangat ideologis pembebasan yang bukan semata bagaimana Tuhan dibuktikan dalam bermacam argumentasi.
Menurutnya, Tauhid tidak hanya sekedar persoalan konsepsi teoritis semata, melainkan perlu menjadi cara pandang. Tauhid mesti menjadi pandangan dunia (word view) yang bermetamorfosis menjadi ideologi yang dapat membebaskan manusia.
Senada dengan Ali Syariati, Asghar Ali Engineer menilai kalimat tauhid adalah kalimat yang revolusioner, tak semata mentiadakan tuhan-tuhan selain Allah, membersihkan berhala namun juga membersihkan dan menolak otoritas kelompok kepentingan yang berkuasa, struktur sosial yang ekploitatif yang ada pada manusia (Asghar Ali Engineer, 19993;7).
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar