Tauhid dan Ideologi, Hijrah Diri Menuju Revolusi Sosial

Oleh: Asyudin La Masiha
(Mantan Presiden Mahasiswa Unkhair, alumni Ilmu Sejarah, FIB Unkhair, Instruktur HMI Cabang Ternate, dan Kader FORSAS-MU)

Bagi Dia, Tauhid berarti ke-Esa-an
Bagi kita, Tauhid adalah kesatuan
Kepada-Nya, Tauhid berarti penghambaan
Kepada kita, Tauhid bermakna pembebasan
Untuk Dia, Tauhid adalah pemujaan tanpa syarat
Untuk kita, Tauhid adalah persamaan tanpa kelas.
Asran Salam.

Sebagai khalifah, manusia memiliki kebebasan sebagai amanah Tuhan dalam pandangan Aisyah Abdurrahman, atau dalam pandangan Muhammad Iqbal kebebasan yang dimiliki oleh manusia adalah prasyarat untuk menghasilkan kebaikan. Bagi Fazlur Rahman, kebebasan berkehendak adalah amanah dari Tuhan yang harus dijaga dan dipertanggungjawabkan.

Kebebasan yang dimiliki manusia dibarengi dengan misi perjuangan untuk menciptakan dan menegakkan tata sosial serta tegaknya bangunan kehidupan kolektif yang bermoral sebagai bentuk manifestasi dari tingkah laku manusia yang digerakkan oleh fitrah, yang cenderung kepada kebenaran (hanif).

Sejak asali keberadaannya di muka bumi, manusia telah terlegitimasi dan melegitimasi dirinya dalam ruang dan waktu, membentuk realitas sejarahnya.

Ada yang mencerminkan sifati lahirah dirinya, namun tak sedikit yang berpaling meninggalkan esensi dari alasan keberadaanya, menjaga dan mengatur alam mewujudkan keseimbangan individu dan sosial serta dunia dan akhirat.

Berpalingnya manusia dari lahiriah fitrahnya memicu dan meninggalkan jejak negatif dalam berkehidupan sebagai imbas perilakunya karena keliru mendefinisi dan mengaktualisasikan mandat kemerdekan sebagai amanat Tuhan.

Kondisi yang berlainan dari alasan penciptaan manusia, tak berlebihan apabila dikata dilatarbelakangi oleh pendangan yang keliru. Sebab cara pandang adalah kerangka hidup yang dibangun melihat dirinya dan kondisi sosial, dunia dengan segala dimensinya.

Pandangan mempengaruhi keyakinan lalu menginternalisasi bagaimana semestinya memahami, mempengaruhi dan berinteraksi sesama manusia dan alam. Pada prinsipnya ia menjadi seperangkat perasaan juga sikap, berujung menjadi pandangannya atas dunia.

Baca Halaman Selanjutnya..

Selanjutnya 1 2 3 4 5

Komentar

Loading...

You cannot copy content of this page