PPN 12 Persen: Kita Bisa Apa?

Namun tak sampai hati menaikan tarif PPN. Meskipun Para arsitektur ekonomi kita kala itu seperti berlayar di atas kapal dengan bahan bakar seadanya, geladak yang gaduh, dan menerjang badai di lautan bebas.
Begitu banyak persoalan yang berkaitan dengan ekonomi bukan hanya sekadar PPN. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sibuk memilah rekening bank yang terlibat judi online untuk diblokir.
Gubernur Bank Indonesia (BI) sibuk karena kantornya digeledah KPK. Belum lagi peredaran uang palsu begitu meresahkaan. Diproduksi dalam kampus, dan Sudah beroperasi sejak 2010 pula.
Kembali ke topik utama. Lantas apa yang bisa kita lakoni dalam menyikapi hal ini. Ada makan siang gratis untuk anak sekolah maupun orang tua tetap dipatok 12 persen.
Tentunya kita berharap agar uang dari hasil pajak tidak dikorupsi. Dan anggaran tersebut bisa digunakan sebagaimana mestinya. Terutama untuk kesejahteraan masyarakat.
Akhirnya pilihan kita tidak lebih dan tidak kurang cuman dua; naikan income (pendapatan) atau rem pengeluaran anda. Tersepas dari nanti daya beli masyarakat akan menurun drastis dan lain sebagainya.
Persetan. Itu urusan para pejabat negara. Gaji mereka juga naik ketika PPN 12 persen diberlakukan. Saya kira, memastikan agar dapur kita tetap “berasap” jauh lebih penting. (*)
Opini ini sudah terbit di koran Malut Post edisi. Kamis, 02 Desember 2024
Link Koran Digital: https://www.malutpostkorandigital.com/2025/01/kamis-2-januari-2025.html
Komentar