(Sebuah catatan di Hari Jadi Ternate ke-774)
PALA: Dulu, Kini, dan Akan Datang

Di bidang teknologi pangan (bidang yang penulis geluti), dapat mewujud dalam berbagai riset dan desain produk olahan makanan dan minuman dari pala (misalnya, dengan merujuk pada hasil riset yang telah terpublikasi sebelumnya tentang bioaktivitas pala dan fuli, kita dapat membuat produk pangan fungsional yang tidak saja memenuhi kebutuhan gizi dan pemuasan sensoris belaka, tapi juga dapat memberi manfaat fisiologis/kesehatan bagi tubuh manusia).
Apablia agenda-agenda semacam ini dilakukan, maka pala akan terus ‘hidup’, tidak hanya sebatas suatu materi belaka -sebagai sebuah tanaman hidup yang menebar aroma wangi hingga ke berbagai belahan dunia-, tapi juga menghidupkan aspek non-materinya, berupa pengetahuan dan kemanfaatan bagi umat manusia sepanjang masa.
Ternate adalah satu dari pulau-pulau tempat pala dan fuli berasal, juga sebagai sumber aroma keduanya menyeruak hingga ke seluruh penjuru dunia. Sebagai kota, Ternate yang dulunya terkenal dengan “Ternate Majang”, kini sedang mengenakan nama kekiniannya, “Ternate Kota Rempah”.
Segala upaya dan startegi ke arah branding terkini kota ini telah (dan mungkin sedang, dan akan) dilangsungkan: museum rempah sudah diadakan dan ‘berisi’, tulisan kuning “Ternate Kota Rempah” pun sudah tegak bagai petugas penyambut kedatangan tamu yang tiba melalui Bandar Udara Sultan Baabullah.
Sejumlah agenda dan hal ihwal tentang gastronomi yang dikait-kaitkan dengan kedua komoditas rempah ini pun telah dan sedang ramai dihelat agar bisa menyandang gelar kota kreatif, begitu juga program-program lainnya.
Meskipun demikian, membincangkan pala dan fuli sudah semestinya tidak saja tentang masa lalunya (yang memang penting), tapi juga tentang masa kini dan masa mendatangnya.
Semoga saja si Myristica fragrans ini terus hidup dan dihidupkan di “kota rempah” ini -yang usianya kini telah memasuki 774 tahun sebagai sebuah kota-, oleh pemerintah maupun seluruh kalangan masyarakat Ternate.
Sebagaimana kata kalangan bijak bestari, “kita tidak akan menyunting dan menghirup wanginya bunga mawar dari huruf-huruf M.A.W.A.R”, kita juga tidak ingin suatu saat hanya menghirup aroma wangi pala dan fuli dari huruf-huruf P.A.L.A dan F.U.L.I. Teruslah hidup pala dan fuli di Ternate si “kota rempah”!. (*)
Opini ini sudah terbit di koran Malut Post edisi. Kamis, 02 Desember 2024
Link Koran Digital: https://www.malutpostkorandigital.com/2025/01/kamis-2-januari-2025.html
Komentar