Hati yang Tersakiti

Ilustrasi

***

Dua bulan sejak pertemuan kami awal Januari lalu.

Kini, kami dipertemukan lagi. Aku tak sengaja melihatnya di pusat kota.

Dari kejauhan, aku melihat Mawar bersama seorang laki-laki tinggi, dan berkulit sawo matang. Siapapun yang melihat mereka pasti akan memikirkan hal yang sama sepertiku saat ini.

“Mereka adalah sepasang kekasih, lihat saja cara mereka saling menatap, pegangan tangan hingga senyuman itu,”begitu pikiranku saat itu.

Sakit? Jangan ditanya lagi. Aku menyadari kalah saingan dengannya. Belum lagi lelaki yang memiliki segalanya, sudah pasti mawar akan tertarik dan menerima cintanya.

"Aduh, mawar sudah memiliki pasangan. Apakah aku harus menghapus rasa ini, ataukah menunggu hingga mereka berdua berpisah," tanyaku dalam hati.

Waktu berlalu, Usut punya usut, informasi yang aku terima Mawar dan lelaki kulit sawo matang itu ternyata baru saja menjalin asmara.

Perasaan ku tak karuan. Aku menyalahkan diriku sepenuhnya. Aku menyesal sejadi-jadinya. Menyesal kenapa lidahku kaku untuk mengungkapkan perasaan ku padanya. Namun, apa yang harus disesali, nasi telah menjadi bubur alias Mawar telah menjadi milik orang lain.

Sempat ingin ku tutup kisah cinta sepihak ini rapat-rapat, namun baru-baru ini aku dikejutkan bahwa Mawar tak lagi bersama laki-laki itu.

Mereka telah mengakhiri hubungan dan tidak tau alasan penyebab dari mereka berpisah. Mawar pun memilih untuk hidup sendiri dan mengutamakan karir dengan umur yang masih terbilang muda. Mengetahui itu, akupun mencoba untuk berkomunikasi. Tapi aku tidak tau harus memulai dari mana. "Meskipun begitu, aku menyadari betul, bahwa tidak mungkin mawar akan menerima ku sebagai kekasih," (*)

Selanjutnya 1 2 3

Komentar

Loading...