Memahami Data Kemiskinan

Bagaimana mendapatkan penduduk miskin?
Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep dan metode standar yang digunakan banyak negara di dunia. BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar.
Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan, yang diukur dari sisi pengeluaran.
Dalam pendekatan kebutuhan dasar, seseorang atau sekelompok orang di suatu wilayah dikatakan miskin apabila tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan (Perumahan, sandang, kesehatan, pendidikan) yang paling minimal di wilayah tersebut.
Baik kebutuhan dasar makanan dan non makanan kemudian dikonversikan menjadi batas minimal pengeluaran konsumsi dalam nilai rupiah atau dikenal dengan Garis Kemiskinan (GK).
Jadi penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Metode ini dipakai BPS sejak tahun 1998 supaya hasil penghitungan konsisten dan terbanding dari waktu ke waktu (apple to apple).
Data kemiskinan yang dihasilkan ini adalah data kemiskinan makro dimana penghitungan penduduk miskin dengan pendekatan makro didasarkan pada data sampel bukan data sensus, yang nantinya hasilnya berupa estimasi.
Sumber datanya berasal dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang dilakukan BPS setiap tahun pada bulan Maret dan September.
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar