(Refleksi Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2024)

Karakter Guru Kapitalistis Dan Komersialisasi Pendidikan

Oleh: Drs. Anwar Muhammad, M.Si
(Alumni Pascasarjana Jurusan Manajemen Universitas Khairun)

Karakter dan kepribadian adalah dua faktor yang menentukan baik buruknya seorang guru terhadap anak didiknya. Guru bisa saja menciptakan kebaikan ataupun keburukan (kerusakan) mental dan masa depan anak didiknya yang masih berada dalam masa pertumbuhan dan perkembangan (masa pendidikan dasar dan menengah). Oleh karena guru sebagai contoh teladan yang ideal untuk ditiru dan digugu oleh anak didik walaupun dalam bentuk hal-hal yang buruk sekalipun.

Paparan ini, mengulas permasalahan karakter dan kepribadian guru di era zaman sekarang. Zaman yang terus mengalami perubahan mengikuti arus perkembangan wilayah material dan kemajuan teknologi. Tentunya dapat memengaruhi karakter dan kepribadian seorang guru. Bahwa guru adalah merupakan insan cendekia, figur sentral dalam pendidikan dan pengajaran merupakan produk perkembangan sejarah terus mengalami perubahan di bidang intelektual dan bidang spiritual.

Dalam perubahan di bidang tersebut, guru diperhadapkan dengan kondisi transformasi kapitalistis mudah terjebak dalam ideologi komersialisme yang membabi buta demi pemenuhan gaya hidup yang konsumtif. Maka di sini guru diuji untuk menempatkan diri dalam kepribadian dan karakter progresif serta sebagai manusia yang memiliki lima unsur dimensi manusia secara psikologis dan sosiologis yang membentuk karakter yakni sikap,emosi, kepercayaan, kebiasaan dan kemauan serta konsepsi diri.

Dijelaskan bahwa sikap merupakan bagian dari karakter diri seseorang bahkan sebagai cerminan dari suatu karakternya. Sikap yang ditunjukkan seseorang terhadap sesuatu di hadapannya sebagai wujud dari karakter yang dimiliki oleh orang tersebut. Dan untuk menilai karakter seseorang tentunya dari sikap yang dia tunjukkan.

Emosi merupakan suatu perasaan atau gejolak jiwa yang lahir dari diri seseorang oleh adanya stimulus yang datang dari dalam maupun dari luar diri seseorang. Emosi adalah bumbu kehidupan, karena tanpa emosi kehidupan manusia akan terasa hambar, dengan emosi manusia bisa berpikir dan merasa.

Kepercayaan merupakan faktor sosiopsikologis yang membentuk komponen kognitif manusia. Kepercayaan akan sesuatu itu benar atau salah atas dasar bukti, sugesti otoritas, pengalaman dan intuisi, sangat penting untuk membangun watak dan karakter individu karena dengan kepercayaan memperkokoh eksistensi diri dan memperkokoh hubungan seseorang dengan orang lain.

Kebiasaan adalah faktor sosiopsikologis membentuk komponen konatif, sebagai aspek perilaku manusia yang menetap berlangsung otomatis tanpa direncanakan. Kebiasaan sebagai hasil pelaziman dan berlangsung dalam waktu yang lama atau sebagai reaksi khas yang berulang-ulang kali.

Suatu kebiasaan, yang biasanya dilakukan akan menunjukkan karakter, misalnya guru yang terbiasa datang terlambat mengajar, dikatakan karakter pemalas. Sedangkan kemauan adalah kondisi yang mencerminkan karakter seseorang. Seseorang yang kemauan keras kadang ingin mengalahkan kebiasaan. Akan tetapi ada seseorang yang kemauannya lemah mudah dikalahkan kebiasaan. Kemauan dan tindakan erat berkaitan, bahkan kemauan dikatakan sebagai tindakan adalah usaha seseorang untuk mencapai tujuan.

Konsepsi diri adalah proses menangkal kecendrungan mengalir dalam hidup. Bahwa konsepi diri adalah bagaimana ”saya”harus membangun diri, apa yang ”saya” inginkan dari dan bagaimana “saya” menempatkan diri dalam kehidupan.

1. Pengenalan Karakter
Dalam pemahaman bahwa karakter sama dengan kepribadian. Namun menurut Simon Philips, karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan. Sedangkan oleh Doni Koesoema kepribadian dianggap sebagai ciri, atau karakteristik, atau gaya, atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil, juga bawaan sejak lahir.

Bahwa pola tingkah laku dan perbuatan seseorang dalam merespon situasi dengan konsistensi tertentu, biasanya kita pahami sebagai karakter dan kepribadiannya. Misalnya seorang yang selalu menangis saat dirudung masalah, disebut sebagai orang berkarakter cengeng, sedangkan seorang yang selalu marah ketika ditimpa masalah pelik sekecil apapun akan nampak pola-pola respon sebagai orang dengan kepribadian pemarah. Selain itu ada orang yang berkarakter lemah lembut, periang, jujur, dan ramah. Ada pula orang berkepribadian pemalu, keras kepala, otonomi, dermawan, kikir, dan kreatif.

Dalam suatu institusi bila dipenuhi oleh orang-orang dan pemimpin yang tak jujur serta buruk karakter dan kepribadiannya, sudah tentu membawa dampak buruk bagi institusi tersebut. Sebagaimana kenyataan maraknya korupsi, penyebaran berita hoaks dan fitnah, merekayasa dan mencurangi hasil pemilu (pilpres, peleg dan pilkada), politik uang, jual beli jabatan, pencitraan diri, pembuatan peraturan dan kebijakan yang instan dan pragmatis, nepotisme, politik dinasti, dan melanggar etik berat dengan mengotak-atik konstitusi. Maka dengan pasti membawa kerusakan dan kehancuran institusi bahkan negara.

2. Guru Kapitalistis
Mengapa guru kapitalistis dalam paparan ini. Bukankah ini sesuatu yang menjastis eksistensi guru. Tentunya tidak. Bahwa moderenisasi memotivasi seseorang untuk selalu berusaha meraih keuntungan secara pribadi (personal) dengan jalan berkompetisi. Ini merupakan suatu gejala dan fenomena yang terus terjadi dalam pergumulan dunia pendidikan.

Bilamana pendidikan telah tergerus oleh kapitalisme, benar-benar menjajah dan menyusup masuk ke dalam relung sistim pendidikan. Maka dalam penyelenggaraan pendidikan rentang melahirkan kebijakan-kebijakan yang merubah pola pikir seseorang tentang tujuan dasar pendidikan dari mencerdaskan dan memanusiakan manusia bergeser ke orientasi bisnis pasar.

Baca Halaman Selanjutnya..

Selanjutnya 1 2

Komentar

Loading...