Sebanyak 59 Sarjana Dari Universitas Muhammadiyah Maluku Utara Ikut Yudisium
Ternate, malutpost.com -- Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Muhammadiyah Maluku Utara (UMMU) melaksanakan yudisium pada Sabtu (18/5). Calon sarjana yang mengikuti yudisium kali ini sebanyak 59 orang.
Prosesi yudisium dipimpin langsung Dekan FISIP, Dr. Aji Deni dihadiri Rektor UMMU, Prof. Saiful Deni M.Si. Dalam laporan, Aji Deni mengatakan, 59 mahasiswa FISIP yang mengikuti prosesi yudisium terdiri dari lima program studi atau Prodi. Yakni Prodi Ilmu Politik, Ilmu Pemerintahan, Ilmu Adminstrasi Negara, Ilmu Sosiologi dan Ilmu Komunikasi.
"Seluruh mahasiswa dan mahasiswi yang dinyatakan lulus dalam sidang skripsi, mulai hari ini (Sabtu kemarin) resmi menyandang gelar sarjana sekaligus mengumumkan lima lulusan terbaik dengan IPK tertinggi dari masing Program Studi,"ungkap Dr. Aji Deni.
Sarjana yang memperoleh IPK tinggi diantaranya Sahrido Hi Ali Misba, S.Sos dengan IPK 370 dari Prodi Adminitrasi Negara. Berikut ada Nirsartika Sari S Ibrahim, S.ip dengan IPK 3.88 dari prodi Ilmu Pemerintahan.
Selanjutnya Fadlum Marsaoly, S.IP dari Prodi Ilmu politik dengan IPK 3.64. Selanjutnya ada nama Muhammad Wahyu Jufri, S.Ikom dari Prodi Ilmu Komunikasi dengan IPK 3.42 dan Kartina Umasugi, S.Sos dari Prodi Sosiologi dengan IPK 3.74.
Aji Deni menambahkan, berdasarkan jadwal, UMMU akan melaksanakan wisuda pada 25 Mei 2024 mendatang. Ia menyebut, para mahasiswa yang yudisium merupakan calon wisudawan gelombang ke-28.
"Kami berharap FISIP UMMU terus melahirkan generasi berintelektual, berakhlak mulia sehingga bisa mendedikasikan ilmunya kepada masyarakat,"pintanya berharap.
Sementara Rektor UMMU, Prof. Saiful Deni M.Si meminta 59 calon wisudawan dari FISIP agar menjaga nama baik institusi pendidikan Muhammadiyah dan almamater.
Ia berharap, para calon wisudawan yang akan menjadi alumni UMMU, bisa berperan sebagai duta kampus untuk menarik perhatian para pelajar terhadap UMMU.
"Kalau baik, maka setiap tahun banyak yang akan datang ke UMMU. Jadi jaga nama baik lembaga dan almamater. Yang kurang baik di sini (UMMU, red) jangan di bawa keluar. Ambil dan bawa yang baiknya saja,"pesan Prof. Saiful Deni.
Guru besar Ilmu Administrasi UMMU ini menjelaskan, proses yudisium sangat penting dibanding wisuda. Hanya saja, di Indonesia, yudisium dan wisuda dianggap dua agenda yang kedudukannya sama penting.
Saiful lalu membandingkan karakter pendidikan di Indonesia dengan beberapa negara lain. Dimana, kampus-kampus di Taiwan misalnya, mahasiswa bisa memilih kapan melaksanakan wisuda ketika sudah menyelesaikan prosesi yudisium.
"Kalau sudah yudisium itu sudah sah menggunakan gelar sarjana. Tapi kita di Indonesia, wisuda itu momen bahagia dihadiri orang tua dan wali,"tandasnya.
Yudisium ditutup dengan penyerahan piagam penghargaan terhadap lulusan terbaik dari lima program studi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.(sam/aji)
Komentar