Indonesia Berduka, Bencana Akibat Keserakahan

Diana Abdullah

Oleh: Diana Abdullah
(Guru Madrasah Aliyah Al-khairaat Guraping, Penulis dan Pemerhati Lingkungan)

Banjir bandang yang melanda Sumatra beberapa waktu lalu kembali menyisakan luka mendalam. Indonesia berduka, tetapi duka ini bukan sekadar akibat peristiwa alam semata, ia adalah potret dari keserakahan manusia yang tak lagi mengenal batas.

Bencana di Aceh, dan berbagai daerah lain, membawa pesan yang semakin jelas, alam sedang menagih harga dari rusaknya keseimbangan lingkungan.

Hutan yang Rusak dan  Alam yang Lelah

Saya pernah melihat sebuah video yang melintas di beranda media sosial, seorang pilot menayangkan hamparan pulau yang tampak indah bak motif batik dari ketinggian. Sangat  indah.

Namun, setelah diperjelas, pola warna itu ternyata berasal dari tanah tandus bekas pertambangan, coklat kemerahan, bergurat-gurat, tanpa sedikit pun penutup vegetasi. Ia ibarat sebuah luka dari  bumi Indonesia yang menganga.

Fenomena ini bukan hal baru. Indonesia adalah salah satu negara dengan laju deforestasi tercepat di dunia. Data secara umum menunjukkan bahwa sekitar 50% hutan Indonesia telah hilang dalam 50 tahun terakhir.

Laporan dari Auriga Nusantara menyebutkan 261.575 hektare (646.366 hektar) hutan primer dan sekunder di seluruh Indonesia hilang pada 2024, naik sebesar 4.000 hektar dibandingkan tahun sebelumnya. Disebabkan oleh aktivitas pertambangan, pembukaan perkebunan, dan illegal logging.

Kita ketahui bersama bahwa setelah permukaan tanah kehilangan vegetasi, struktur tanah menjadi rapuh dan mudah tererosi.

Baca Halaman Selanjutnya..

Selanjutnya 1 2 3 4

Komentar

Loading...