“Menimbang” Jalan Trans Kie Raha, Perspektif Sosial-Ekologis

IMG 20251214 WA0013

Oleh: Mufti Abd. Murhum 

(Akademisi Universitas Khairun/Pengurus KAHMI MW Maluku Utara)

Pembangunan infrastruktur jalan merupakan salah satu instrumen utama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah, meningkatkan konektivitas antar daerah, serta memperkuat integrasi sosial dan politik nasional (Bappenas, 2019; World Bank, 2018). Di Pulau Halmahera, pembangunan jalan memiliki arti strategis karena kondisi geografis kepulauan, sebaran permukiman yang berjauhan, serta ketergantungan masyarakat terhadap akses darat dan laut.

Jalan Trans Halmahera yang telah menghubungkan Weda–Patani–Maba selama ini berfungsi sebagai koridor utama aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat. Keberadaan jalan ini tidak hanya memfasilitasi mobilitas barang dan orang, tetapi juga membentuk ruang sosial dan ekonomi lokal yang inklusif.

Rencana pembangunan Jalan Trans Kie Raha pada ruas Sofifi-Ekor-Kobe dimaksudkan untuk membuka akses lintas pulau yang lebih langsung, terutama dalam mendukung konektivitas menuju kawasan industri di Halmahera Tengah dan Halmahera Timur. Namun, karena jalur ini melintasi kawasan berhutan, wilayah adat, dan kawasan konservasi, maka diperlukan kajian komprehensif terhadap dampak ekonomi, sosial, budaya, dan sosiologis, khususnya bagi wilayah sekitar seperti Weda, Patani, dan Maba (Komunitas Fagogoru).

DAMPAK DAN POTENSI EKONOMI

Secara ekonomi, pembangunan Jalan Trans Kie Raha berpotensi meningkatkan efisiensi pergerakan barang dan jasa antara Sofifi, Halmahera Timur, dan Halmahera Tengah. Akses darat yang lebih pendek menuju Kawasan Industri Weda Bay (IWIP) dapat menurunkan biaya logistik, mempercepat distribusi, serta meningkatkan daya tarik investasi (World Bank, 2018).

Namun, berbagai studi menunjukkan bahwa manfaat ekonomi makro dari pembangunan jalan baru di wilayah berhutan tropis tidak selalu diikuti oleh peningkatan kesejahteraan ekonomi lokal apabila tidak disertai kebijakan penguatan ekonomi masyarakat setempat (Laurance et al., 2014). Wilayah yang dilalui langsung oleh jalan baru cenderung tumbuh lebih cepat dibandingkan wilayah yang terlewati.

Dalam konteks ini, Jalan Trans Halmahera selama ini menjadi tulang punggung ekonomi lokal di Weda, Patani, dan Maba. Oleh karena itu, pergeseran arus utama mobilitas dan logistik ke Jalan Trans Kie Raha berpotensi melemahkan ekonomi lokal apabila tidak diimbangi dengan strategi integrasi kedua koridor.

DAMPAK SOSIAL DAN BUDAYA

Selain berdampak ekonomi, jalan juga memiliki fungsi sosial yang sangat penting. Jalan Trans Halmahera telah membentuk pola interaksi sosial masyarakat melalui keberadaan permukiman, pasar lokal, jasa transportasi, dan aktivitas ekonomi informal di sepanjang jalur Weda, Patani, dan Maba. Pembangunan Jalan Trans Kie Raha berpotensi mempercepat mobilitas penduduk dan arus pendatang baru.

Di satu sisi, hal ini dapat membuka peluang sosial dan ekonomi baru. Namun di sisi lain, perubahan yang terlalu cepat dapat memengaruhi struktur sosial, relasi antar kelompok, serta dapat menggerus nilai-nilai budaya lokal (Lefebvre, 1991).

Tanpa pengelolaan sosial yang baik, pembangunan jalan baru berisiko menciptakan ketimpangan sosial dan memperbesar potensi konflik, khususnya terkait akses lahan dan sumber daya lainnya.

Baca halaman selanjutnya...

Selanjutnya 1 2 3

Komentar

Loading...