Refleksi Milad Muhammadiyah ke-113 Tahun
Kenikmatan Ber-Muhammadiyah

Sementara itu, Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah (MKCH) memuat keyakinan agama yang menjadi pilar gerakan: Islam sebagai agama Allah yang diturunkan sejak Nabi Adam hingga Nabi Muhammad SAW, sebagai petunjuk dan rahmat bagi seluruh umat manusia.
Islam dipahami bukan hanya sebagai ajaran spiritual, tetapi juga pedoman untuk menjamin kesejahteraan hidup material, spiritual, duniawi, dan ukhrawi. Dalam Anggaran Rumah Tangga (ART), enam belas langkah usaha Muhammadiyah memperlihatkan bagaimana “kesejahteraan” diterjemahkan dalam tindakan.
Mulai dari pemberdayaan perempuan dalam pendidikan dan kesehatan, penguatan ekonomi dan kewirausahaan, peningkatan kualitas layanan kesehatan dan aksi kemanusiaan, hingga pemeliharaan lingkungan dan sumber daya alam untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat.
Semuanya menunjukkan bahwa kesejahteraan bagi Muhammadiyah bukan sekadar konsep, tetapi pekerjaan peradaban. Jika merujuk bahasa, “kesejahteraan” berarti keamanan, keselamatan, ketenteraman, dan kondisi hidup yang baik.
Dalam disiplin ekonomi, ia berkaitan dengan pemerataan manfaat dan peningkatan kualitas hidup. Dalam ranah kebijakan sosial, ia merujuk pada pelayanan publik yang menjangkau kebutuhan masyarakat.
Muhammadiyah menyerap seluruh spektrum makna itu dan menempatkannya dalam mandat konstitusi negara, yaitu “memajukan kesejahteraan umum” sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Artinya, gerakan ini berjalan sejalan dengan cita-cita republik.
Kenikmatan Ber-Muhammadiyah
Sebagai kader yang tumbuh dan berproses di Muhammadiyah, saya merasakan kebanggaan yang tak terukur ketika melihat perkembangan organisasi ini, termasuk di Maluku Utara.
Dalam khotbah Jumat, para khatib sering mengingatkan bahwa Allah SWT memberikan kenikmatan melalui kesehatan, waktu, dan kesempatan untuk beramal saleh. Dalam konteks sosial, Muhammadiyah juga memberikan banyak “kenikmatan” yang saya rasakan sebagai kader.
Baca Halaman Selanjutnya..




Komentar