Refleksi Milad Muhammadiyah ke-113 Tahun
Kenikmatan Ber-Muhammadiyah

Oleh: Alfajri A. Rahman
Perjalanan panjang Muhammadiyah memasuki usia ke-113 adalah kisah tentang keteguhan, keberanian berpikir, dan dedikasi tanpa henti dalam membangun bangsa.
Sejak KH. Ahmad Dahlan mendirikan organisasi ini di Yogyakarta pada 18 November 1912, Muhammadiyah telah tumbuh menjadi gerakan pembaruan Islam yang pengaruhnya terasa sampai ke pelosok timur Nusantara.
Baca di: Koran Digital Malut Post Edisi Rabu, 10 Desember 2025
Di balik sederet dinamika sosial dan kebangsaan, Muhammadiyah tetap hadir sebagai lokomotif perubahan, memikul peran besar dalam arah pembangunan bangsa.
Tak berlebihan jika hari ini negara sesungguhnya mempunyai “utang moral” kepada Muhammadiyah, mengingat konstribusi organisasi ini tidak pernah surut, bahkan semakin meluas dari waktu ke waktu.
Momentum Milad ke-113 yang mengangkat tema “Memajukan Kesejahteraan Bangsa” menjadi penanda betapa Muhammadiyah ingin terus mengokohkan diri sebagai gerakan yang bukan hanya berbicara ideologi, tetapi juga memberi dampak nyata.
Di tangan para pendirinya, Muhammadiyah dilahirkan bukan untuk gagasan abstrak, melainkan untuk menjawab kebutuhan sosial masyarakat: pendidikan, kesehatan, pemberdayaan ekonomi, hingga pembinaan moral dan keagamaan. Dan hingga hari ini, Muhammadiyah tidak pernah kehabisan energi untuk berinovasi dan melangkah lebih jauh.
Warisan Pemikiran dan Fondasi Gerakan
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof. Haedar Nashir, berkali-kali menegaskan bahwa komitmen Muhammadiyah adalah memajukan kesejahteraan bangsa, baik lahir maupun batin. Komitmen itu tidak sekadar slogan, melainkan tertanam kuat dalam dokumen fundamental organisasi.
Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah menegaskan bahwa masyarakat sejahtera hanya bisa diwujudkan melalui keadilan, kejujuran, persaudaraan, serta gotong-royong yang bersendikan hukum Allah, terhindar dari pengaruh setan dan hawa nafsu.
Baca Halaman Selanjutnya..




Komentar