Indonesia Berduka, Bencana Akibat Keserakahan

Diana Abdullah

Tayangan lain yang berseliweran menampakan gunung-gunung yang terlihat “aesthetic” dari jauh, ini  sebenarnya adalah bukit gundul bekas pembabatan hutan. Tidak ada yang estetis dari kehancuran ekosistem, itu hanya ilusi dari jauh.

Pembangunan vs Kenyataan Ekologis

Yang lebih menyedihkan adalah ketika kebijakan publik tidak sejalan dengan keresahan masyarakat. Alih-alih membahas solusi, beberapa petinggi negara justru melontarkan pernyataan yang memperkeruh keadaan, seakan kerusakan lingkungan hanyalah konsekuensi kecil dari upaya “memperdayakan kekayaan alam untuk kesejahteraan rakyat”.

Pertanyaan saya, kesejahteraan yang mana? Jika kesejahteraan itu harus dibayar dengan banjir bandang, tanah longsor, hilangnya sumber air, punahnya satwa, dan hilangnya mata pencaharian masyarakat lokal, maka itu bukanlah kesejahteraan, melainkan kemunduran.

Mengapa Banjir Bandang Terjadi?
Secara ilmiah, banjir bandang dipicu oleh kombinasi faktor:
1. Hilangnya penutup hutan.
Vegetasi berfungsi menyerap hujan hingga 60% ke dalam tanah. Ketika hilang, air tidak meresap, melainkan langsung mengalir ke dataran rendah dengan kecepatan tinggi.

2. Kerusakan struktur tanah akibat penambangan.
Tanah yang dieksploitasi kehilangan lapisan humus, menjadi keras seperti batu, dan tidak mampu menahan air. Dalam ilmu hidrologi, ini disebut penurunan kapasitas infiltrasi.

3. Pendangkalan sungai.
Sedimen dari lahan gundul terbawa ke sungai, menyebabkan kapasitas sungai menurun. Air kemudian meluap bahkan ketika hujan tidak terlalu lebat.

Baca Halaman Selanjutnya..

Selanjutnya 1 2 3 4

Komentar

Loading...