Menakar Urgensi dan Nasib Kebudayaan di Tengah Peleburan OPD

Manifesto Kebudayaan Ternate

Rinto Taib

Partisipasi masyarakat luas yang semakin meningkat di ruang pusaka sebagai wujud pemanfaatan cagar budaya bagi kesejahteraan melalui keberadaan dinas kebudayaan yang selama ini telah ikut menciptakan dan mendorong simpul-simpul ekonomi baru dan mendorong pertumbuhan UMKM yang kuat melalui gelaran event seni budaya yang kolaboratif di benteng Oranje maupun kawasan pusaka lainnya di kota ini.

Akhirnya, tulisan ini bermaksud untuk memajukan risalah kebudayaan Ternate dari perspektif sosiologis dan filosofis, sebuah kesadaran historis dan misi kultural untuk memajukan kebudayaan, menyuarakan warisan sejarah yang telah eksis ribuan tahun hingga kini.

Kesadaran ini menjadi teramat penting ditengah agenda peleburan OPD yang sedang dikaji dan dianalisis oleh pemerintah kota Ternate saat ini.

Sekedar menjadi pengingat dimana fakta dan pengalaman selama ini membuktikan bahwa ketika urusan kebudayaan disatukan dengan pariwisata (Disbudpar) demikian pula disatukan dengan urusan pendidikan (Dikbud) maka selama itu pula urusan kebudayaan menjadi subordinat alias terpinggirkan. Kebudayaan seolah terasa hanya ketika ajang festival tahunan, kunjungan tamu (ritual joko kaha) dan lainnya.

Selama kurang lebih 7 tahun keberadaan Dinas Kebudayaan sekalipun, masih banyak urusan kebudayaan yang belum ditangani secara serius, salah satu soal dalam tata kelola cagar budaya misalnya kita belum memiliki Ahli Cagar Budaya (TACB) yang bersertifikasi, terbatasnya kompetensi tenaga teknis dalam tata kelola museum hingga manajemen koleksi museum yang belum tersentuh dan masih banyak persoalan lainnya.

Disinilah segala bentuk keprihatinan, komitmen keberpihakan dan kepedulian kita dipertanyakan, kemana mata angin dan nasib kebudayaan kota yang pernah mendunia akan melangkah disaat yang sama kementerian kebudayaan telah terbentuk.

Tentu hal tersebut memberi banyak peluang jika kepemimpinan OPD Dinas Kebudayaan benar-benar sesuai kompetensi, profesional dan tentunya memiliki kemampuan berjejaring di tingkat nasional dan internasional. Maju atau mundur sepenuhnya kembali pada kesadaran historis dan kultural kita semua dalam menyikapi realitas mengejar ketertinggalan kita. (*)

Selanjutnya 1 2 3 4 5 6

Komentar

Loading...