“Saatnya Berbenah, Taliabu Butuh Arah”

Bukan sekadar data administratif atau kepentingan elite tertentu. Ketidakhadiran pemimpin dalam ruang-ruang dialog publik menjadi kehilangan besar bagi daerah yang sedang berada dalam fase penting untuk menentukan arah pembangunan jangka panjang.
Lebih jauh, sulit untuk mengabaikan bayang-bayang dinasti politik yang begitu kuat memengaruhi arah pemerintahan di Taliabu.
Banyak orang melihat bahwa Sashabila Mus tidak benar-benar memimpin dengan visi independen, melainkan mengikuti orbit kekuasaan keluarga yang telah lama mendominasi politik di Maluku Utara.
Dominasi semacam ini membuat ruang kritik menyempit dan inovasi mandek. Ketika keputusan besar lebih dipengaruhi oleh loyalitas internal daripada nalar publik, maka pembangunan tidak berjalan berdasarkan kebutuhan masyarakat, tetapi berdasarkan peta kekuasaan.
Taliabu pada akhirnya terjebak dalam pola yang sama. "Pimpinan boleh berganti, wajah boleh lebih muda, tetapi struktur kekuasaan tetap tidak berubah".
Dalam situasi seperti ini, inovasi akan stagnan, potensi putra-putri daerah terhambat, dan kepemimpinan berubah menjadi rutinitas yang monoton, bukan energi yang memajukan.
Padahal, Taliabu memiliki modal yang sangat besar untuk berkembang. Kekayaan alam, letak geografis yang strategis, dan masyarakat yang semakin kritis serta semakin terdidik.
Baca Halaman Selanjutnya..



Komentar