Hutan Patani bukan Tanah Kosong

Sahwi Agil

Hutan Patani, Benteng Terakhir Ekologis yang harus Dijaga

Akhir-akhir ini, isu mengenai perusahaan akan masuk dan beroperasi di daratan Patani semakin sering terdengar. Ini bukan lagi sekadar isu, tetapi menjadi tanda alarm bahwa belantara Hutan Patani akan terancam mengalami nasib yang sama seperti Weda dan Haltim yang menjadi lumbung kehancuran akibat dari kaki tangan perusahaan.

Di tengah desas-desus kerusakan lingkungan kita sering terlena dan menganggap semua ini hanya peristiwa kecil yang tak perlu digelisahkan. Kemudian, kita berbicara tentang keselamatan dan keberuntungan seolah keduanya akan selalu berpihak kepada kita.

Dan berasumsi bahwa kehancuran dan keserakahan tak mungkin terjadi dan datang menghampiri kita. Anggapan seperti itu bagi saya adalah justru mengalami bentuk degradasi kesadaran dan pikiran yang tidak sehat.

Hutan Patani bukan hanya sebatas hamparan pepohonan yang diam. Melainkan adalah ruh sekaligus celengan kehidupan bagi masyarakat Patani.

Oleh karena itu, jangan lagi ada tangan-tangan yang mengganggu hutan ini, kerusakan yang terjadi di wilayah lain seharusnya menjadi pelajaran dan peringatan keras bagi kita semua dan khususnya masyarakat Patani.

Beberapa hari yang lalu, masyarakat dikejutkan oleh kabar bahwa sebuah perusahaan akan segera bercokol di daratan Patani. Ironisnya, penggerak dan aktor dari rencana ini bukan orang dari luar, melainkan orang kampung sendiri.

Alasan yang mereka ajukan adalah bahwa Hutan Patani sudah tidak aman lagi seperti dulu, karena merujuk pada tragedi pembunuhan yang terjadi di kawasan hutan patani tahun lalu. Hal ini yang menjadi dasar dan menguatkan mereka untuk ngotot dan bersusah paya memasukkan perusahan tersebut.

Baca Halaman Selanjutnya..

Selanjutnya 1 2 3 4 5

Komentar

Loading...