Hutan Patani bukan Tanah Kosong

Sahwi Agil

Tanah adat selalu memberi hikmah, namun datanglah orang-orang asing yang ingin merubah seluruh tatanan kehidupan sosial kita. Mereka membawah peta konsesi tambang, angkah, dan janji-janji yang dingin.

Sementara kita, anak cucu di tanah ini, hanya bisa meratapi luka serta derita yang membabi buta. Pertanyaan yang menggantung di udara terasa semakin berat, adakah keadilan di negeri ini?

Telah lama keresahan kusimpan dalam lubuk hati, dan kewarasan. Di tanah itu, akar kehidupan tumbuh. Di sanalah hidup om-om, bibi-bibi, tete, dan nene.

Mereka orang-orang yang membangun kehidupan dari ketulusan, dari kesabaran, dari damai yang tak pernah meminta balasan. Kisah mereka adalah kisah paling tenang yang pernah ada dan dimiliki negeri ini.

Hutan Adalah Istana Para Petani

Istana para petani bukanlah bangunan megah dengan lantai berlapis-lapis dan kaca tersusun. Istana mereka adalah hamparan tanah yang bernafas, akar kehidupan yang berjalan, langit yang menjadi atap mereka langitkan do'a, dan matahari yang mengetuk pintu hari sebagai tanda mereka akan beraktivitas.

Setiap hari mereka berdinas, memasuki kantor berdinding semesta dengan hati yang tak pernah benar-benar libur. Mama berangkat dengan tas saloi di punggungnya, mengumpulkan harapan yang gugur dari ranting-ranting sabar, menampung rezeki yang disisipkan alam dalam setiap butir keringat, airmata, daun, dan hembusan angin.

Langkah kecil dengan ikhlas mereka menapaki setiap anak jalan ditengah hutan, tetapi tekad mereka besar. Karena di setiap jejak mereka tersimpan doa agar anak-anaknya hidup lebih lapang dan tanpa ragu.

Baca Halaman Selanjutnya..

Selanjutnya 1 2 3 4 5

Komentar

Loading...