Ketika Alam Menjerit: Paradigma Ekoteologi sebagai Jawaban

Mohammad Ridwan Lessy

Dasar Ajaran Ekoteologi

Ekoteologi menekankan tiga prinsip utama:
1. Iman - keyakinan bahwa menjaga alam adalah amanah Tuhan;
2. Ilmu - pemahaman ilmiah yang memberikan data dan fakta tentang kondisi bumi; dan
3. Amal - aksi nyata yang menghubungkan iman dan ilmu agar tidak berhenti pada wacana.

Ketiga unsur ini saling melengkapi: iman memberi landasan moral, ilmu memberi arah rasional, dan amal mewujudkan keduanya dalam tindakan. Jika kita meninjau ajaran agama-agama besar, nilai-nilai ekologis telah lama tertanam.

Dalam Islam, manusia disebut khalifah fil ardh, pemimpin di bumi yang bertugas menjaga keseimbangan, sebagaimana diingatkan dalam Al-Qur’an (Ar-Rum: 41) tentang kerusakan akibat ulah manusia.

Kristen dan Katolik menekankan mandat penciptaan untuk mengelola bumi dengan kasih, bukan merusaknya. Hindu mengajarkan Tri Hita Karana - harmoni dengan Tuhan, sesama, dan alam.

Buddha menekankan konsep interbeing, keterhubungan semua makhluk, sehingga kerusakan alam berarti penderitaan manusia. Khonghucu mengajarkan harmoni kosmik, keseimbangan antara langit, bumi, dan manusia.

Semua ini menunjukkan bahwa ekoteologi bukan sekadar teori, tetapi refleksi nilai universal yang mengikat spiritualitas dan etika ekologis.

Masyarakat adat telah lama memiliki kearifan lokal yang berfungsi menjaga keseimbangan alam. Contohnya, Sasi di Maluku adalah aturan adat yang melarang pengambilan hasil laut dalam periode tertentu agar ekosistem dapat pulih.

Baca Halaman Selanjutnya..

Selanjutnya 1 2 3 4

Komentar

Loading...