Di Balik Kemakmuran Palsu Kapitalisme

Kedua, ia mencabut peran negara dengan dalih negara banyak melakukan kejahatan. Padahal, pasar tidak mampu menyediakan keadilan, melindungi hak hidup warga yang terasing, atau menjaga sektor-sektor publik yang bersifat umum.
Mengembalikan kontrol pada negara dapat menjadi langkah bertahap untuk membatasi dominasi korporasi. Indikator pertumbuhan ekonomi yang hanya mengukur kinerja pasar dan PDB, tidak pernah menggambarkan kualitas hidup rakyat.
Indonesia menjadi contoh paling menyedihkan dari negeri yang terseret logika kapitalisme neoliberal dan mempercayai terlalu banyak keyakinan sesaat.
Revolusi, sebagaimana sejarah mengajarkan, lahir dari tangan orang-orang tertindas. Mereka berhak merebut kembali apa yang seharusnya menjadi milik mereka. (*)
“…tapi, di tubuh tembok itu telah kami sebar biji-biji.
Suatu saat, kami akan tumbuh bersama dengan keyakinan:
Engkau harus tumbang!”
—Wiji Thukul, Benih yang Terus Tumbuh



Komentar