Di Balik Kemakmuran Palsu Kapitalisme

Sebagian besar dana riset justru diarahkan untuk produk kecantikan, obat pelangsing, dan komoditas konsumsi lainnya. Dogma perdagangan bebas yang katanya membawa kemakmuran hanyalah kebohongan. Fakta ketimpangan terlalu besar untuk disembunyikan.
Dalam sistem kapitalisme, kemiskinan pun “memodernisasi dirinya”, sebagaimana dikatakan Ivan Illich. Ambang kebutuhan dasar terus meningkat karena industri menciptakan kebutuhan baru yang tidak selalu terjangkau masyarakat.
Masyarakat dipaksa membayar harga semakin tinggi hanya untuk semakin direndahkan. Tingkat konsumsi dirangsang sedemikian rupa sehingga ketika massa konsumen memperoleh sebuah produk, produk itu telah kehilangan nilainya.
Inovasi tidak lagi menjawab kebutuhan, melainkan menciptakan kebutuhan semu. Kapitalisme memaksakan logika “yang baru selalu lebih baik”, menggantikan logika sederhana tentang apa yang benar-benar baik.
Yang paling tragis adalah lahirnya manusia-manusia yang terpaksa menjadi konsumen pasif. Kebutuhan dasar hanya dapat dipenuhi melalui logika pasar.
Dalam kondisi ini, Illich menegaskan bahwa struktur produksi berbasis pasar membentuk seluruh relasi sosial. Sistem produksi yang tidak peduli pada kebaikan bersama, hanya mengenal nilai tukar—yang pada dasarnya bersifat relatif dan keji.
Begitulah kapitalisme bekerja: kejam, eksploitatif, dan destruktif. Pertama, ia membangun kapasitas produksi berbasis teknologi yang merusak, menguras sumber daya alam yang terbatas.
Baca Halaman Selanjutnya..



Komentar