Dr. Fatum, Perempuan Pertama di Gerbang Rektorat IAIN

Zainab Canu

Istiqamahnya dalam amalan-amalan seperti Ratib Al-Attas, Haddad, dan Wird Latif serta kebiasaannya berziarah ke makam para awliya’ bukanlah ritual hampa.

Berbagai penelitian neuropsikologi menunjukkan bahwa praktik spiritual yang konsisten meningkatkan regulasi emosi dan ketangguhan mental. Dr. Fatum menjadikannya sumber kekuatan batin dalam menghadapi tantangan akademik dan birokrasi yang kompleks.

Masa mudanya sebagai aktivis PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) memperkaya kesadaran sosial dan kemampuan organisasinya. PMII, dengan tradisi intelektualisme Islam progresif, melatih para kader berpikir kritis namun tetap membumi.

Di ruang itu, Dr. Fatum belajar bahwa perubahan sejati lahir dari dialog dan kolaborasi, bukan dominasi. Dalam psikologi perkembangan, pengalaman organisasi pada masa muda memainkan peran penting dalam membentuk identitas kepemimpinan.

Dr. Fatum tidak tumbuh dalam ruang sunyi; ia dibentuk oleh ekosistem gerakan mahasiswa yang mengajarkannya menyuarakan kebenaran dengan santun namun tegas, keberanian yang jarang terlihat di tengah polarisasi hari ini.

Dari Ruang Kelas ke Ruang Kepemimpinan

Perjalanan akademik Dr. Fatum adalah kisah tentang kerja yang perlahan namun konsisten. Gelar Sarjana Agama dari UIN Alauddin Makassar, Magister Hukum, hingga Doktor dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ditempuh bukan untuk mengejar titel, tetapi untuk memperdalam pemahaman bahwa pendidikan adalah jembatan perubahan sosial.

Prestasinya tidak berhenti di deretan ijazah. Ia produktif menulis di berbagai jurnal ilmiah, menyumbangkan gagasan mengenai pendidikan dan Hukum Islam kontemporer.

Baca Halaman Selanjutnya..

Selanjutnya 1 2 3 4 5

Komentar

Loading...