Merawat Kepedulian pada Sejarah Maluku Utara

Oleh: Ahmad Soleh
(Esais, pengrajin puisi, pegiat literasi, dan pendiri Penerbit Irfani - Depok)
Siang tadi (Ahad, 9/11/2025), saya sengaja berjalan kaki untuk mengunjungi sebuah toko buku lawas, Selecta, yang berada di Ternate Tengah. Miris, karena koleksi bukunya tersisihkan oleh rak-rak alat tulis kantor (ATK) dan aneka aksesori keperluan anak sekolah.
Awalnya saya pesimis akan menemukan buku bagus di sana. Namun, usaha saya membuahkan hasil yang lumayan tidak mengecewakan.
Baca di: Koran Digital Malut Post Edisi Selasa, 11 November 2025
Di sebuah sudut rak bagian belakang, terdapat tumpukan buku yang tampak sudah lusuh dan berdebu. Entah kenapa barang dagangan yang satu ini tidak dirawat dengan sepenuh hati oleh penjaga toko tersebut.
Di bagian itu saya menemukan harta karun. Ya, buku-buku sejarah lokal Maluku Utara, yakni buku pertama berjudul Catatan Perjalanan Residen FSA De Clerq di Maluku Utara pada Awal Abad 20, buku kedua berjudul Potret Sejarah Maluku Utara pada Awal Abad 20 (Aktifitas Agraris), dan buku terakhir berjudul Kehidupan Bangsawan Kedaton Ternate Abad 19-20.
Selain ketiga buku itu, terdapat juga sejumlah buku referensi umum yang menurut saya kurang menarik karena di toko-toko buku pada umumnya pun ada.
Ketiga buku tersebut langsung saya beli, tak lupa dengan membeli dua eksemplar Harian Maluku Post, untuk sekadar mengikuti perkembangan terkini informasi di kota ini. Tentu saja melihat buku-buku itu terpinggirkan di rak pojok belakang membuat saya begitu resah.
Bagaimana bisa referensi sejarah kita simpan terlalu jauh dari rak promosi? Apakah kita tidak terkesan sedang menyembunyikan ilmu pengetahuan dan cerita masa lalu kepada generasi muda? Kepada publik Ternate? Kepada publik Maluku Utara? Dan juga kepada publik secara lebih luas? Misalnya pelancong seperti saya.
Baca Halaman Selanjutnya..





Komentar