Membaca Visi Maritim Indonesia

Oleh: Prakoso Bhairawa Putera
(Direktur Perumusan Kebijakan Riset, Teknologi, dan Inovasi – BRIN)
Jika kita merefleksikan kembali jati diri bangsa sebagai negara kepulauan yang dikelilingi lautan luas dan ribuan pulau, maka laut bukan hanya bentang alam yang memisahkan wilayah, tetapi juga ruang kehidupan, sumber ekonomi, dan penopang kedaulatan.
Karena itu, penting bagi kita untuk merawat dan memanfaatkan potensi maritim demi kesejahteraan bersama dan masa depan Indonesia.
Baca di: Koran Digital Malut Post Edisi Rabu, 5 November 2025
Berdasarkan dokumen perencanaan RPJMN 2025–2029, maritim ditempatkan sebagai salah satu fondasi penting dalam upaya transformasi ekonomi nasional.
Melalui pendekatan ekonomi biru, laut dipandang bukan hanya sebagai ruang eksploitasi sumber daya, tetapi juga sebagai sumber pertumbuhan baru yang berkelanjutan.
Visi ini memberi arah bahwa pembangunan maritim harus terintegrasi dengan rencana pembangunan nasional, dengan tujuan agar Indonesia benar-benar dapat mengambil peran sebagai poros maritim dunia.
Pada saat yang sama, keseimbangan antara kepentingan ekonomi, kelestarian ekologi, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat menjadi bagian yang tak terpisahkan dari agenda tersebut.
Maritim dalam Cermin Sejarah
Namun, arah pembangunan ini tidak bisa dilepaskan dari cermin sejarah. Sejak Munas Maritim I tahun 1963 hingga keluarnya Keppres No. 249/1964 yang menetapkan Hari Maritim Nasional, laut telah ditegaskan sebagai urat nadi negara.
Pesan dari Presiden Soekarno saat itu jelas, bahwa bangsa ini hanya akan besar apabila ia mampu menempatkan laut sebagai penghubung, bukan pemisah; sebagai sumber kekuatan, bukan semata objek eksploitasi.
Baca Halaman Selanjutnya..





Komentar