Lalayon; Jati Diri Halmahera yang Kerap Disalahpahami

Karsila Hayat

Oleh: Karsila Hayat, S.Pd
(Mahasiwa Pascasarjana Administrasi Negara Universitas Muhammadia Maluku Utara)

Beberapa waktu lalu, penampilan Alber dan kawan-kawan dalam acara DMD Panggung Rezeki di layar televisi nasional mengundang decak kagum.

Gerakan mereka yang lincah mengikuti alunan musik daerah yang menggugah semangat, menghadirkan suasana hangat khas kepulauan timur Indonesia.

Baca di: Koran Digital Malut Post Edisi Rabu, 5 November 2025

Dalam tayangan tersebut, mereka membawakan tarian Lalayon - tarian penuh harmoni yang mencerminkan semangat kebersamaan dan keceriaan masyarakat Halmahera.

Namun, ada satu hal yang mengusik hati banyak penonton dari Halmahera Timur dan Halmahera Tengah: di layar, tertulis keterangan bahwa tarian Lalayon berasal dari Maluku.

Sekilas mungkin hal itu tampak sepele bagi sebagian orang, tetapi bagi masyarakat Halmahera Tengah dan Halmahera Timur, keterangan itu adalah bentuk kesalahan identitas budaya yang menyentuh sisi mendalam dari rasa bangga dan harga diri daerah.

Maluku dan Maluku Utara adalah dua provinsi berbeda, baik secara administratif maupun secara budaya. Menyebut “Maluku” berarti merujuk pada provinsi yang berpusat di Ambon dan mencakup pulau-pulau seperti Seram, dan Buru.

Sedangkan tarian Lalayon berasal dari wilayah Halmahera Tengah dan Halmahera Timur, dua daerah yang berada di bawah naungan Provinsi Maluku Utara.

Kesalahan seperti ini bukan sekadar persoalan label geografis. Ia menyentuh jantung identitas budaya, karena setiap tarian daerah adalah hasil dari sejarah, pengalaman sosial, dan nilai spiritual masyarakat setempat. Menyamakan keduanya berarti mengaburkan perbedaan yang selama ini dijaga dan dirawat oleh masyarakat.

Baca Halaman Selanjutnya..

Selanjutnya 1 2 3 4 5 6

Komentar

Loading...