Catatan

Episode Penting Sejarah Halmahera Tengah

Abd. Rahim Odeyani

Fase Perpindahan Pemda ke Weda (Periode 2008–2017)

Waktu terus berjalan, tepatnya pada September 2007, Halmahera Tengah diperhadapkan dengan momentum politik (Pilkada langsung pertama) yang diikuti oleh enam pasangan calon yaitu, Al Yasin Ali berpasangan dengan Gawi Abbas, Edi Langkara berpasangan dengan Achirudin Hi. Gani (Almarhum), kemudian, Yuslam Idris (Almarhum) berpasangan dengan Kader Hi. Usman (Almrhum), Zulhaidir Jafar (Almarhum) berpasangan dengan Konstantein Waifly, selanjutnya, Husen Hi. Nurdin (almarhum) berpasangan dengan Aisya Hasyim (almarhumah) dan Ely Jamaluddin (almarhum) berpasangan dengan Bahmid Hasbullah.

Dari enam pasangan calon itu, terpilih Ir. Al Yasin Ali sebagai bupati dan Gawi Abbas sebagai wakil bupati Halmahera Tengah.

Dalam kurun waktu empat bulan, September - Desember 2007, menjelang pelantikan dan peresmian Al yasin Ali dan Gawi Abbas melakukan konsolidasi pemerintahan, dengan menginstruksikan kepada Madjid Husen sebagai sekretaris daerah.

Untuk memindahkan seluruh sarana dan prasarana pemerintahan dari Tidore ke Weda, sekaligus menyiapkan proses pelantikan Bupati dan Wakil Bupati di Weda sebagai ibukota Halmahera Tengah, tanggal 23 Desember 2007, bertempat di pendopo Falcilno Weda.

Sambil mempersiapkan tempat maupun sarana dan prasarana untuk melaksanakan aktivitas pemerintahan di Weda, maka pada tanggal 15 Januari 2008, Bupati Halmahera Tengah, Ir. Ali Yasin Ali, secara resmi mengumumkan kepada semua perangkat daerah agar seluruh aktivitas pemerintahan Halmahera Tengah dilaksanakan di Weda.

Weda, sebagai kecamatan kecil yang memiliki sejarah panjang—pernah menjadi pusat pemerintahan pada masa kolonial Belanda (HPB/KPS).

Baca Halaman Selanjutnya..

Selanjutnya 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Komentar

Loading...