Krisis Demokrasi Tanpa Kritik: Sebuah Catatan untuk Demokrasi Lokal

Biarkan kritik menguji kinerja dan apa yang telah diyakini benar. Jika kinerja sudah tepat, kritik akan membuatnya semakin kuat. Jika kinerja keliru, kritik akan mengoreksinya. Isyarat untuk segera dibenahi.
Siap Buka Telinga dan Buka Mata
Eksekutif yang bersikap antikritik akan menimbulkan banyak kecurigaan. Demokrasi tanpa kritik tak ubahnya sebatas kedok untuk berkuasa. Pemerintah akan lupa batas dan menjelma menuju tirani.
Bisa juga alergi terhadap kritik menandakan kebelummampuannya untuk mempertanggungjawabkan. Bila tidak ada rasa tanggung jawab dari dalam diri pejabat publik, berarti demokrasi kita sedang sakit. Maka yang terjadi: kepentingan warga hanya retorika untuk mencapai kepentingan pribadi yang sesungguhnya.
Antikritik dalam 4.0 bentuknya agak lain. Mesin dan buzzer, alias makhluk tidak organik, bekerja tanpa batas menenggelamkan mereka yang organik.
Biasanya mereka mengatur media sosial sang klien supaya bersih dari kolom komentar negatif dan yang beralgoritma kritikan. Upaya ini untuk menutup cacat diri dengan mengonstruksi semua komentar yang ditampilkan hanyalah yang baik-baik.
Mati-matian menjaga citra sedemikian rupa. Mengapa dan untuk apa upaya ini dilakukan? Warga harus cermat dan bersikap kritis atas kondisi tersebut.
Baca Halaman Selanjutnya..





Komentar