(Sebuah Refleksi untuk HUT ke-35 Kabupaten Halmahera Tengah)

Fagogoru: Inheritance dan Habitus Kolektif Orang Gam Range

Husain Ali

Melalui pendekatan etnopedagogi, anak-anak belajar bukan hanya mengenal nilai, tetapi mengalaminya, belajar menolong tanpa pamrih, menghormati yang tua, menjaga alam, dan memahami makna kasih dalam tindakan nyata.

Namun, reproduksi nilai Fagogoru tidak terjadi otomatis. Urbanisasi, migrasi, dan komodifikasi budaya menantang keberlanjutannya. Ketika tradisi direduksi menjadi sekadar tontonan, makna terdalamnya berisiko pudar.

Karena itu, pelestarian budaya ini harus berlangsung dalam kehidupan nyata: di rumah, sekolah, komunitas, dan ruang publik, bukan hanya di acara seremonial. Fagogoru harus tetap menjadi pengalaman hidup, bukan sekadar memori.

Di sisi lain, Fagogoru juga memuat kesadaran ekologis yang tinggi. Dalam pandangan masyarakat Gam Range, merusak alam adalah bentuk kehilangan rasa malu. Alam bukan objek kekuasaan, melainkan bagian dari kehidupan yang mesti dihormati.

Keseimbangan ekologi, dalam nilai Fagogoru, identik dengan keseimbangan moral: menjaga alam sama artinya menjaga hati dan hubungan sosial.

Dalam percakapan global, Yuval Noah Harari (2016) memperingatkan bahwa di era teknologi tinggi, manusia menghadapi risiko kehilangan makna ketika hidupnya dikendalikan oleh algoritma.

Fagogoru menjadi antitesis dari kekosongan itu mengingatkan bahwa kemajuan sejati bukan diukur oleh kecanggihan, tetapi oleh kemanusiaan.

Baca Halaman Selanjutnya..

Selanjutnya 1 2 3 4

Komentar

Loading...