CERPEN: Seekor Kucing

HUJAN turun deras sore hari.Aku tengah belajar dan tiba-tiba pendengar suara kucing ‘meong’ lirih di luar awal nya aku kira hanya salah dengar namun suara itu terus berulang aku pun keluar dan mencari, melihat sekeliling namun tidak ada dan ternyata kucing itu berada di dalam kardus yang hampir hancur.
Kucing kecil itu memiliki bulu yang kotor, tubuhnya menggigil, dan tampak lemah. Tanpa pikir panjang, aku segera mengangkatnya dan membawanya pulang. Dan membersihkannya di kamar saat aku lihat baik-baik kucing ini seperti kucing yang pernah aku pelihara dulu karena memiliki bulu berwarna putih dan mata yang berwarna coklat.Membuat aku teringat akan kucing ku yang sudah lama mati.
Namun, belum lama aku di kamar bersama kucing itu, suara ibu terdengar dari ruang tamu.
“Nak, kucing siapa itu? Cepat buang, nanti rumah jadi bau!” seru ibu dengan nada kesal.
Aku kaget dan berusaha menenangkan ibu.
“Bu, aku menemukannya di pinggir jalan. Kasihan sekali kalau harus kubuang lagi. Boleh aku merawatnya?” pintaku.
Ibu menggeleng keras.
“Tidak! Kucing itu bisa membuat rumah kotor, nanti berak sembarangan!”
Aku terdiam, mencoba mencari alasan. Lalu tiba-tiba aku teringat sesuatu. Di rumah kami sering ada tikus yang berkeliaran di dapur dan gudang. Bahkan, beras di karung pernah bolong karena digigit tikus.
Dengan semangat aku berkata,
“Bu, kalau kucing ini dirawat, dia bisa membantu kita menangkap tikus di rumah. Jadi, rumah malah bisa lebih bersih, bukan semakin kotor.”
Ibu terdiam, tampak berpikir. “Tapi kalau kucing ini bandel bagaimana?”
“Aku janji akan merawatnya dengan baik, Bu. Aku akan mandikan, memberinya makan di tempat khusus, dan mengajarinya buang kotoran di kotak pasir. Kucing ini pasti bisa jadi penolong kita.” Aku mencoba meyakinkan.
Setelah beberapa saat, ibu akhirnya tersenyum kecil.
“Baiklah, kalau begitu coba buktikan. Kalau dia bisa membantu rumah kita, ibu izinkan kamu memeliharanya.
Setelah ibu mengizinkan untuk memilihara kucing tersebut aku pun menaruhnya di kandang tidak lupa juga aku memeberi ia nasi dan sedikit ikan untuk makan. Setelah itu aku bersiap untukpergi tidur karna besok mau pergi sekolah.Besoknya aku pergi ke sekolah dan tidak lupa untuk memberi ia makan untuk beberapa jam.
Setelah pulang aku mengajak ia berjalan sambil menikmati sore hari tapi tiba-tiba ia terlepas dari tangan ku dan berlari aku pun mencarinya di sekitar situ tapi tidak menemukannya beberapa saat kemudian ada suang mengeong aku pun menghampirinya dan itu kucing ku yang sedang bersembunyi di balik pohon yang besar. Aku pun mengajak ia pulang dan sampai di rumah ibu menanyakan dari mana saja. Aku bilang habis ajak kucing jalan jalan di sekitar rumah ibu bilang cepat masuk dan mandi mau magrib.Aku pun mengiyakan dan pergi mandi bersama kucing ku, namun kucing sangat tidak suka mandi. Ia terus mengeong dan mencakar ku saat sedang memandikan, itu membuat ku merasakan sakit karena cakarnya yang tajam.Setelah mandi aku segera mengambil gunting kuku untuk menggunting kuku kucing ku yang panjang dan tajam.
Setelah itu aku pun tidur besok nya hari Minggu dan aku pergi ke rumah temanku tapi aku lupa mengurung kucing ku di kandang dan membuat ia berkeliaran di rumah dan berak sembarangan ibu melihatnya dan sangat marah dan mengambil sapu untuk memukulinya ia pun kabur dari rumah tak berselang lama aku pulang namun melihat ibu sangat marah dan bilang ke aku kucing mu sudah ku usir dia berak sembarangan dan memberantakkan rumah.
Aku pun menenangkan ibu dan bilang ibu aku lupa tadi menaruhnya di kandang jadi boleh ya aku memeliharanya lagi. Kali ini aku akan mengajarinya menangkap tikus di rumah. Ibu pun bilang kali ini saja kalau dia berak sembarangan lagi aku akan mengusirnya.Aku bilang baik ibu makasih. Tak lama kemudian, benar saja. Kucing kecil itu mulai tumbuh sehat dan lincah. Suatu malam aku mendengar suara gaduh dari dapur, ternyata kucingku sedang mengejar seekor tikus. Beberapa hari kemudian, tikus-tikus di rumah mulai berkurang.
Ibu yang melihat hal itu akhirnya tersenyum bangga.
“Ternyata benar, kucingmu ini pintar. Ibu setuju kamu memeliharanya.”
“iya dong aku yang mengajarinya “
“bagus ibu senang kamu sudah bisa mengajari kucing itu dengan benar”
“iya ibu makasih”
Aku pun sangat senang selihat kucing yang ku pungut dari sebuah kardus yang berada di tengah jalan Sekarang tumbuh menjadi sangat aktif dan bisa membantu ibu ku untuk mengusir tikus. Aku pun memeluk kucingku yang berbulu dan sangat wangi karena habis mandi dengan bahagia. Bagiku, ia bukan hanya seekor hewan peliharaan, tetapi juga sahabat kecil yang memenemani ku saat belajar maupun jalan jalan. Kucing ini datang membawa kebaikan di tengah hujan deras.
Dari seekor kucing aku belajar tentang rasa tanggung jawab untuk merawat hewan yang sudah menjadi bagian dari keluargaku dan kesenangan bisa hidup berdampingan bersama kucing dan membuat rumah bebas dari tikus karena kucing tersebut memburu semua tikus yang ada di rumah membuat rumah lebih bersih dan terbebas dari tikus.(*)





Komentar