Catatan
Politisi Tak Akil Balig?

Bangsa ini tengah belajar demokrasi, biayanya mahal. Berbagai peristiwa politik yang tak masuk akal terjadi. Politikus mabuk kemenangan.
Mereka berjoget riang sambil membuka mulut lebar-lebar bagaikan orang kemaruk, untuk membuktikan “seolah-olah” mereka mewakili kedaulatan rakyat. Dan pimpinan partai politik jadi inferior -- mati kutu karena dikarbit ketiak kekuasaan.
Syekh Muhammad Hisyam Kabbani, pemimpin sufi kosmopolit, mencela demokrasi yang tujuannya dibelokkan dan berubah jadi money-crazy. “Kabbani mengatakan, “sebagian praktik demokrasi saat ini diwarnai politik uang.
Siapa punya uang, ia akan menang. Uang beli suara. Ini bukan demokrasi, melainkan money-crazy. Karena akhirnya, mereka tidak menggunakan kekuasaan itu untuk kepentingan rakyat, (Alfian, hal.465).
“Tapi bagi politikus, “persetan dengan apologi itu. Politik adalah uang, kuasa, reputasi dan penghambaan. Bukan ilusi yang mengawang”. Dengan begitu, tak ada yang menyangkal atas “the leading figure” demokrasi modern Sidney Hook dan Karl R. Popper.
Keduanya dikenal sebagai penganjur dan pembela demokrasi humanisme dalam tradisi pemikiran filsafat
yang berbeda. Demokrasi humanistik Sidney Hook mengalir dalam tradisi Pragmatisme. Dan Popper dari tradisi Epistemologi Kritis.
Namun, secara geneakologis, berasal dari akar filsafat yang sama; humanisme Socrates. Jelasnya, equality dan equal justice dasar dari etika politik.
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar