Jejak Ksatria dari Maluku Utara

Aton Bagaskara Jafar, S.Pd

Nama-nama itu bukan hanya catatan sejarah, tetapi simbol bahwa sejak lama rakyat Maluku Utara telah menyalakan api perjuangan.

Tentara dan Cinta Tanah Air

Dalam tubuh TNI, cinta tanah air bukan sekadar slogan. Ia hadir dalam disiplin, keberanian, dan kerelaan untuk ditempatkan di mana pun tanah air memanggil. Di situlah kita melihat makna pengabdian seorang Tentara, termasuk Pratu Haris Umaternate.

Haris memilih jalan hidup yang tidak mudah. Ia berdiri dalam barisan pasukan yang menjaga kedaulatan di pelosok negeri, jauh dari kenyamanan, namun tetap teguh dalam dedikasi.

Sosoknya menjadi pengingat bahwa cinta tanah air bukan sekadar kata-kata indah, melainkan tindakan nyata yang sering kali menuntut pengorbanan paling besar.

Rela Berkorban: Nilai yang Tak Lekang

Sejarah Indonesia menunjukkan bahwa rela berkorban adalah benang merah perjuangan bangsa. Sultan Babullah rela berkorban demi tanah dan lautnya tetap bebas dari penjajah.

Sultan Nuku rela mempertaruhkan segalanya demi kedaulatan dan mengusir penjajah. Haji Salahuddin pun menyalakan semangat yang sama mengusir penjajah di masanya.

Di zaman yang berbeda, Pratu Haris Umaternate melanjutkan tradisi pengorbanan itu. Ia mungkin tidak memimpin armada laut seperti Sultan Babullah, atau menyusun strategi perlawanan besar seperti Sultan Nuku.

Namun ia hadir sebagai prajurit sederhana yang setia pada tanggung jawabnya. Ketika ia gugur dalam tugas, Haris menegaskan kembali bahwa kemerdekaan dan keutuhan bangsa selalu dijaga dengan pengorbanan.

Baca Halaman Selanjutnya..

Selanjutnya 1 2 3 4

Komentar

Loading...