Kritik Terhadap Kerancuan Analogi dan Arogansi

Sahib Munawar

Al-Ghazali misalnya yang menyempurnakan penghancuran terhadap kaum rasionalis di abad setelah al biruni dan doktrin Ibnu Sina terhadap gerak yang juga mengkritik kaum Stagira untuk menolak beberapa aspek fisika Aristoteles.

Yang ketiga: Tidak memahami Mantiq IsLam, Nabi Isa bukan pejabat negara dan Bupati bukan Nabi dan menyatukan keduanya dalam satu analogy adalah rancu dan ini ditolak oleh Al Farabi dan Ibnu Khaldun.

Dalam hal ini ia menyebutnya rancu tanpa sadar ia sendiri juga terjebak dalam kerancuan. Dalam karya Ibnu Al-Farabi yakni Al-Madinah Al-Fadilah bahwa negara yang dipimpin oleh para nabi dan dilanjutkan oleh para filsuf dan penduduknya merasakan kebahagiaan.

Al-Farabi juga menggambarkan bahwa negara yang utama/ideal yaitu negara yang dipimpin oleh seorang pemimpin yakni seorang Nabi dan Filsuf  yang bijaksana dan berbudi pekerti tinggi.

Pemimpin tersebut harus mampu bersikap adil dan bijaksana dalam mengarahkan rakyat menuju kebahagiaan serta pemimpin harus menjunjung tinggi pada prinsip-prinsip moral yang luhur.

Memang Nabi Isa bukan pejabat negara dan Bupati bukan Nabi analogy menurut anda itu rusak, tapi lebih rusak lagi kalau anda sendiri tidak memahami kenabian lewat Al-Farabi dan konteks sosial yang dimaksud oleh seorang praktisi hukum.

Dalam sejarah IsLam Muatan dan spirit keberagaman agama apa pun yang lahir belasan abad lalu sudah pasti mengalami perkembangan karena zaman senantiasa berubah.

Baca Halaman Selanjutnya..

Selanjutnya 1 2 3 4 5

Komentar

Loading...