PUISI: Kita Tak Pernah Sempat Beristirahat

f3420fc6 7c63 4090 917e 4e82c8a1fc8f scaled
Oleh: Sten Musa

Kita tak sempat mengistirahatkan tubuh, entah lelah ataupun patah.

Kaki kita melangkah dengan begitu gelisah

dan kepala kita adalah langit mendung penuh awan gelap menunggu hujan yang tak kunjung turun.

Kita—Sendirian—Menaruh harap—Menunggu pelukan.

Kita tak sempat menyembuhkan luka, kepala kita terlalu gemuruh untuk kebahagiaan.

Kita bersembunyi dibalik raut wajah bising.

Kita menunggu dan bertanya, kapan hal ini akan berakhir?

 

Salatiga, 23 Oktober 2024

Komentar

Loading...