PUISI: Kita Tak Pernah Sempat Beristirahat

Kita tak sempat mengistirahatkan tubuh, entah lelah ataupun patah.
Kaki kita melangkah dengan begitu gelisah
dan kepala kita adalah langit mendung penuh awan gelap menunggu hujan yang tak kunjung turun.
Kita—Sendirian—Menaruh harap—Menunggu pelukan.
Kita tak sempat menyembuhkan luka, kepala kita terlalu gemuruh untuk kebahagiaan.
Kita bersembunyi dibalik raut wajah bising.
Kita menunggu dan bertanya, kapan hal ini akan berakhir?
Salatiga, 23 Oktober 2024
Komentar