PUISI : Jarod dan Aroma Intelek

Sore itu, ingatanku kembali pada dunia kampus
Ketika aku dihidangkan secangkir kopi beraroma intelek
Kopi itu aku seruput di sebuah sudut, yang belakangan aku hafal namanya, Jarod
Jarod
Sebuah tempat yang tak usang
Ada kisah yang tak pernah lapuk dimakan zaman
Ada dinamika yang bergolak saban hari
Rindu selalu melekat pada cangkir yang dihidangkan
Ia tak ikut menghilang bersama hembusan asap rokok, usai menyeruputnya
Ia menanti hingga senja menyapa. Bahkan hingga fajar kembali menyuguhkan cangkir yang sama
Aroma itu selalu menghantui setiap orang, yang pernah menikmati endapan pekatnya
Ya, Jarod hanya sebuah tempat
Tempat di mana aroma kopi bernostalgia dengan ide
Tempat sejuta gagasan bersemayam di setiap cangkir yang digenggam
Tempat orang-orang hebat memuntahkan kritisime
Ada cinta tumbuh di situ.
Ada kesolidan mekar di tengah kegurauan
Persahabatan kian erat, bak aduan susu dan kopi
Ada keramahan menyapa, kala aroma yang dirindukan itu siap menyentuh bibir
Aku baru mengenalmu kemarin pagi
Waktuku sangat singkat, jika mengurai satu dasawarsa usiamu
Tapi untuk meninggalkanmu, sepertinya aku butuh waktu seabad
Bahkan hingga kematian menjemput.(*)
ternate,2020
Komentar