Warisan Pembodohan: Keresahan di Balik ‘Training’ Mahasiswa Baru

Intelektual yang Tunduk pada Tradisi Usang
Kampus seharusnya menjadi ruang di mana nalar berdaulat. Mahasiswa didorong untuk bertanya, berdiskusi, dan menantang status quo.
Namun, tradisi perpeloncoan yang berbalut istilah modern “training” justru menempatkan mahasiswa baru sebagai subjek pasif. Mereka tidak dilatih menjadi pemimpin yang kritis, melainkan pengikut yang patuh. Esensi intelektualitas pun perlahan tergerus.
Data dari lembaga kredibel seperti Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dan Komnas HAM berulang kali menyoroti kasus kekerasan dalam kegiatan orientasi. Ini bukan fiksi.
Dalam kurun 2018–2022, sejumlah kampus di Indonesia mencatat kasus kekerasan fisik dan verbal yang bahkan berujung korban jiwa.
Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) pada 2021 melaporkan kenaikan aduan kekerasan di lingkungan pendidikan, sebagian besar terkait kegiatan orientasi dan penerimaan anggota baru.
Fakta ini menegaskan bahwa tradisi yang diklaim sebagai “pembentukan mental” bisa berubah menjadi arena kekerasan.
Sudah saatnya kita meninjau ulang dan berani membongkar tradisi usang tersebut. Pembentukan karakter sejati tidak lahir dari tekanan, ketakutan, dan rasa malu, melainkan dari rasa saling menghargai dan kerja sama.
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar