Huru-hara Cokaiba dan Jalan Fagogoru

Dimana bagi sebagian masyarakat asli, tindakan pemukulan merupakan simbol teguran dan bukanlah sebuah kekerasan.
Namun sebagian pendatang yang nampak belum memahami sepenuhnya nilai-nilai simbolik Cokaiba, pengalaman mendapat pukulan terasa sebagai pelanggaran terhadap kenyamanan atau bahkan keselamatan fisik.
Di sinilah letak tantangan besar yang sedang dihadapi masyarakat. Bagaimana menjaga kemurnian makna Cokaiba sembari membuka ruang dialog yang sehat dengan masyarakat pendatang.
Tantangan ini tidak bisa dijawab dengan sikap ofensif atau reaksi emosional dan luapan status facebook yang menggebu-gebu apalagi dengan tindakan mengusir atau mengintimidasi pihak yang berbeda pendapat.
Justru, tantangan ini harus dijawab dengan menghidupkan kembali semangat Fagogoru. Sebuah falsafah yang menekankan saling merangkul, memaafkan serta mencari titik temu.
Dalam konteks ini, pendatang juga memikul tanggung jawab moral untuk berusaha memahami budaya setempat sebelum memberikan penilaian. Mengomentari tradisi tanpa mempelajari akar filosofinya seringkali berujung pada bias dan kesalahpahaman.
Sementara itu, masyarakat asli pun perlu menyadari bahwa keterbukaan informasi di era digital membuat setiap tindakan dapat menjadi sorotan publik. Apa yang dahulu diterima secara adat di ruang lokal, kini dapat ditafsirkan berbeda oleh audiens global.
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar