Perubahan Makna Tradisi Fasugal dalam Perkawinan Masyarakat Halmahera Tengah

Sedangkan lambat laun peran fasugal dalam pelestarian budaya kurang dipahami warga Halmahera Tengah. Generasi muda sering hanya melihat fasugal sebagai "acara kumpul-kumpul" atau urusan orang tua, tanpa memahami akar budayanya.
Akibatnya, mereka tidak merasa memiliki tanggung jawab untuk melestarikannya, dan hanya sebagian kecil melakukan fasugal karena memandang hal tersebut sekedar seremonial.
Tradisi fasugal membuktikan bahwa perkawinan bukan hanya tentang dua individu, melainkan tentang penyatuan dua keluarga dan dua komunitas.
Melalui fasugal, masyarakat Halmahera Tengah menjaga identitas budayanya, sekaligus memberi pelajaran universal tentang pentingnya menghormati dan menerima orang baru dengan penuh cinta kasih.
Namun, akhir-akhir ini masyarakat salah memahami tradisi fasugal. Masyarakat memandang tradisi fasugal merupakan satu kegiatan universal yang memperlihatkan harta, kekayaan, dan seberapa besar jumlah uang yang anda kasih dengan cara menghamburkan disekitar acara tersebut.
Makna asli fasugal adalah gotong royong, solidaritas, dan saling membantu dalam pelaksanaan acara adat seperti pernikahan, kematian, atau pesta panen. Ketika esensinya bergeser ke pameran status sosial, nilai kekeluargaan dan kebersamaan pun terkikis.
Namun, sebagian pelaksanaan fasugal masih kaku dan belum memahami dengan konteks sosial-ekonomi masyarakat modern. Hal ini membuatnya terasa tidak relevan atau menyulitkan, terutama bagi masyarakat urban yang merantau.
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar