Perubahan Makna Tradisi Fasugal dalam Perkawinan Masyarakat Halmahera Tengah

Namun yang terjadi ialah kesalahpahaman Tradisi Fasugal di Halmahera Tengah bahwa tradisi fasugal dapat dipahami sebatas ajang adu gengsi. Sebagian masyarakat mulai melihat fasugal hanya sebagai ajang untuk pamer kekayaan atau gengsi keluarga.
Tradisi ini kadang dimanfaatkan untuk menunjukkan siapa yang bisa menyumbang lebih besar atau menyajikan hidangan lebih mewah dalam acara adat.
Mempelai perempuan akan dijemput dengan penuh hormat, kemudian dibawa menuju rumah keluarga pria. Dalam perjalanan, ada simbol-simbol adat yang digunakan, seperti kain adat yang dibentangkan di jalan masuk rumah, atau pemberian sesajian sebagai bentuk doa keselamatan.
Ketika tiba, keluarga pria akan menyambut dengan ungkapan adat yang menegaskan penerimaan terhadap menantu. Makna Filosofis dari fasugal ini lahir dari nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Halmahera Tengah yang dikenal dengan falsafah Fagogoru.
Fagogoru adalah konsep hidup yang menekankan pada semangat kebersamaan, persaudaraan, solidaritas, serta penghormatan terhadap sesama.
Dalam konteks fasugal, nilai ini tercermin dari bagaimana seorang menantu perempuan ditempatkan secara terhormat, bukan hanya sebagai istri bagi anak laki-laki mereka, tetapi juga sebagai anak sendiri bagi keluarga besar.
Simbolisasi ini menunjukkan adanya transformasi sosial, dari seorang gadis yang berasal dari keluarga berbeda, kini ia menjadi anggota keluarga besar suaminya dengan hak dan kewajiban yang sama. Itulah sebabnya fasugal dianggap sebagai ritual penerimaan, bukan sekadar seremonial perkawinan.
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar