Kepercayaan Rakyat Perlahan Hilang

Polarisasi politik yang tajam juga menjadi faktor yang mengikis kepercayaan. Ketika elite politik sibuk berdebat atau saling serang demi kepentingan kelompoknya masing-masing, rakyat merasa bahwa mereka hanya dijadikan alat.
Konflik politik yang berlangsung secara terus-menerus di ruang publik menyebabkan masyarakat terbelah, dan banyak yang akhirnya skeptis terhadap seluruh sistem politik. Mereka bertanya-tanya: apakah pemilu benar-benar tentang memilih pemimpin terbaik, atau sekadar ajang perebutan kekuasaan?
Kebijakan-kebijakan pemerintah yang dinilai tidak berpihak kepada rakyat juga memperparah situasi. Ketika rakyat melihat bahwa hukum tajam ke bawah tapi tumpul ke atas misalnya, hukuman berat bagi pelanggar kecil.
Namun perlakuan lunak terhadap koruptor kelas kakap maka muncul pertanyaan besar: masihkah keadilan menjadi pijakan utama dalam penyelenggaraan negara?
Hilangnya Harapan, Meningkatnya Ketegangan Sosial
Ketika kepercayaan publik memudar, maka hilang pula harapan masyarakat terhadap perubahan. Di titik ini, bahaya terbesar bukan hanya kekecewaan, tetapi apatisme massal.
Masyarakat yang kehilangan kepercayaan akan berhenti terlibat dalam proses demokrasi, tidak lagi menggunakan hak pilihnya, dan menjauh dari aktivitas sosial-politik.
Namun, hilangnya harapan juga bisa bermetamorfosis menjadi kemarahan kolektif. Dalam sejarah, kita telah banyak menyaksikan bagaimana kekecewaan publik yang tak tertampung melalui jalur formal akhirnya meledak dalam bentuk aksi-aksi protes besar, kerusuhan, atau bahkan kekerasan.
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar