Halmahera Tengah: Kolonial Plastik di Tanah Merdeka

Faizal Ikbal

Oleh: Faizal Ikbal
(Pegiat Komunitas Biblel (Bersama Insan Bijak Lestarikan Ekosistem Lingkungan) Halmahera Tengah)

Delapan puluh tahun Indonesia merdeka. Usia kemerdekaan yang bukan hanya angka catatan sejarah, melainkan lika-liku panjang bangsa yang telah melewati gelombang perjuangan yang terjal.

Kita boleh saja turut menyemarakkan perayaan kemerdekaan dengan joget tabola-bale milik silent open up yang kemarin berlangsung meriah di Istana Negara. Atau memilih aksi upacara bendera didalam laut dengan kostum mermaid seperti yang diperlihatkan oleh Gubernur Maluku Utara, Serly Tjoanda.

Baca Juga: 79 Tahun Senja Kala Kemerdekaan Dalam Moncong Oligarki

Tapi ada benarnya juga, kemerdekaan kita hanya sebatas melihat kolonial tabola-bale (bolak-balik) dan menjarah kita mulai dari laut, pesisir, dan sungai. Mermaid yang biasanya berenang bebas dan jernih di laut, serta memiliki pesisir yang bersih, kini tidak lagi.

Semua area itu telah direbut dan diambil paksa oleh kolonialisme baru yang datang bukan dengan kapal perang, mobil tank, dan senjata, melainkan dengan kantong kresek, botol air mineral, dan bungkusan mie instan.

Kolonialisme baru itu namanya kolonial plastik, mereka memilih gaya perang yang sunyi dan tak kasat mata, tapi kemampuan menginvasi sampai ke semua markas vital seperti pasar, rumah, sekolah, selokan dan ruas jalan.

Baca Juga: Koran Digital Malut Post Edisi, Rabu 20 Agustus 2025

Mereka berbahaya bagi lingkungan, karena butuh ratusan tahun untuk hancur, dan memiliki zat kimia yang bisa meresap ke tanah dan mencemari sumber air.

Di Halmahera Tengah, camp kolonial plastik ada di ruas jalan lukulamo-lelilef sampai sagea, lalu melebarkan wilayah penaklukannya ke ruas jalan wairoro dan kota weda, sampai juga ke Patani dan Gebe.

Baca Halaman Selanjutnya..

Selanjutnya 1 2 3 4

Komentar

Loading...