Refleksi Kemerdekaan Republik Indonesia ke 80 Tahun
Semangat Cinta Tanah Air

Ketika Rasulullah hendak keluar dari mekah untuk melakukan perjalanan hijrah ke Madinah, beliau kemudian beristirahat sejenak di Suffah, lalu beliau melihat disekitar untuk memastikan apakah perjalanannya aman atau tidak.
Kemudian beliau tertuju matanya pada pertigaan jalan menuju Makkah, kemudian nalurinya sebagai manusia yang terpaut dengan tanah kelahirannya itu kemudian muncul.
Beliau menatap dengan penuh syahdu, berat rasanya beliau meninggalkan tanah kelahirannya yang dicintai, tempat beliau tumbuh dari anak-anak hingga dewasa sampai berkeluarga disana. Hari itu harus beliau tinggalkan tanpa tau kapan akan kembali.
Dari lisan yang mulia itu kemudian keluar kata-kata yang penuh kerinduan sambil menatap dengan kesyahduan, beliau berkata “sungguh engkau adalah sebaik-baiknya tempat yang aku cintai, andai masyarakatmu tidak mengusir ku, maka tidak aku tinggalkan engkau wahai Makkah tercintah.
Dari situ kemudian turunlah surat Al-Qhasas ayat 85 “Sungguh Muhammad, Allah yang telah mewajibkan kepada mu menjalankan hukum-hukum Al-qur’an, akan segera mengembalikan mu ke tempat kembali.
Kalangan para ulama kemudian menafsirkan ayat ini, sebagiannya mengatakan bahwa yang dimaksud dengan “tempat kembali” adalah akhirat tempat kembali yang kekal.
Namun sebagian menafsirkan bahwa yang di maksud dengan “tempat kembali” adalah negeri atau tanah airnya baginda Nabi Muhammad SAW yakni Makkah Tul Mukaramah yang dirindukan.
Baca Halaman Selanjutnya..
Komentar