(Refleksi Kritis atas Sistem Pendidikan Indonesia dalam Perspektif Paulo Freire)
Kehendak Pendidik sebagai Penindas

Banyak lulusan tidak tahu arah setelah lulus karena kurangnya orientasi praktis dan minimnya pengembangan keterampilan hidup. Ini membuktikan bahwa pendidikan kita masih beroperasi dalam dunia abstrak yang terputus dari realitas. Dalam istilah Freire, ini adalah bentuk “dehumanisasi”, ketika peserta didik disiapkan bukan untuk menjadi manusia yang utuh dan merdeka, tapi hanya sebagai alat produksi.
Pernyataan “pendidik sebagai penindas” bukan berarti semua guru bertindak tiranik. Namun dalam sistem yang masih menempatkan pendidik sebagai pusat pengetahuan, dan peserta didik sebagai objek pasif, kekuasaan itu tetap eksis.
Paulo Freire menyebut: “Pendidik mengajar dan peserta didik diajar. Pendidik mengetahui segalanya dan peserta didik tidak mengetahui apa-apa. Pendidik berpikir dan peserta didik dipikirkan, pendidik memilih dan memaksakan pilihannya, peserta didik menyesuaikan diri.”(Freire, 1972). Jika sistem ini terus dipelihara, maka secara struktural pendidikan kita adalah sistem yang membungkam, bukan membebaskan.
Ketakutan untuk bermimpi adalah cermin dari trauma kolektif yang ditimbulkan oleh sistem pendidikan yang belum manusiawi. Namun ketakutan itu bisa menjadi titik balik, jika disertai dengan keberanian untuk membongkar akar masalah dan membangun sistem yang lebih adil. (*)
Komentar