Bom Waktu di Balik Food Waste

Ningsi Defretes

Menurut Widodo, dkk. (2017), dalam jurnal ”Rancang Bangunan Alat Monitoring Kadar Udara Bersih dan Gas Berbahaya CO, CO2, dan CH4 di dalam ruangan berbasis mikrokonrtoler” gejala-gejala yang timbul ketika terpapar gas metana adalah kekurangan oksigen, nafas menjadi cepat, denyut nadi meningkat, koordinasi otot menurun, emosi meningkat, muntah-muntah, kehilangan kesadaran, gagal nafas, dan bisa mengakibatkan kematian.

Tak hanya soal kesehatan. Gas metana dari food waste bisa menjadi bom waktu yang bakal merenggang nyawa. Tragedi paling nahas dari gas metana ini, pernah terjadi di Indonesia.

Baca Juga: Kecemasan Ekologi: Polusi Sampah dan Perubahan Iklim

Dikutip dari Kumparan.com (17/1/2020) menyebutkan, pada 15 tahun lalu, di TPA Leuwigajah, Bandung, terjadinya peristiwa yang mengakibatkan 143 orang meninggal dunia dan meratakan dua desa.

Ledakan yang terjadi karena gas metana (CH4) dihasilkan sampah organik yang bereaksi dengan udara. Gunungan sampah menjadi longsor dan mengubur ratusan pemulung yang mengais hidup, hingga sampah rumah-rumah warga.

Di Maluku Utara sendiri mungkin belum pernah terjadi tragedi nahas semacam itu. Namun baiknya, perlu ada antisipasi awal. Sehingga tidak ada korban dari ledakan gas metana semacam ini.

Banyak hal yang mesti diubah, seperti pola pikir, dan meningkatkan kesadara diri, terutama generasi Z yang belum mampu mengontrol pola konsumsi makanan yang baik dan benar.

Terlau terobsesi arus komsumsi yang prkatis, sehingga segala produk-produk makanan yang dianggap tren dibeli dan dikonsumsi, tapi makanan selalu disisakan.

Baca Halaman Selanjutnya..

Selanjutnya 1 2 3 4

Komentar

Loading...